Powered By Blogger

Minggu, 30 Januari 2011

makalah praktikum komoditas dan php pulau panjang


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.  Perairan Indonesia yang merupakan 70 % dari wilayah Nusantara, memiliki kekayaan alam hayati yang cukup besar, salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi serta biaya produksinya yang relatif rendah. Selain itu, rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Disamping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Tumbuhan ini bernilai ekonomi penting karena penggunaannya yang sangat luas terutama dalam bidang industri. Di bidang industri, ternyata pengolahan rumput laut sudah cukup lama dikenal di Indonesia, meskipun dengan teknologi proses dan peralatan yang sederhana. Hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan alasan utama untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri kosmetik, farmasi, cat, tekstil, pakan ternak dan industri lainnya.

Perkembangan penelitian rumput laut di Indonesia telah dimulai sejak Ekspedisi Siboga yang dilakukan antara tahun 1899 - 1900. Penelitian selanjutnya van Bosse tahun 1913 - 1928 telah berhasil mengoleksi jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia sebanyak 555 jenis. Pada penelitian Van Bosse tahun 1914 - 1916 di Kepulauan Kai pada Ekspedisi Danish menemukan sebanyak 25 jenis alga merah, 28 jenis alga hijau dan 11 jenis alga coklat. Penelitian identifikasi jenis rumput laut berlanjut pada penelitian Snellius-II tahun 1985 yang menemukan 41 jenis alga merah, 59 jenis alga hijau dan 9 jenis alga coklat, sedangkan pada penelitian Buginesia-III pada tahun 1988 – 1990 ditemukan sebanyak 118 jenis alga merah, 80 jenis alga hijau dan 36 jenis alga coklat.

Pada umumnya alga (rumput laut) dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae). Diantara jenis rumput laut tersebut di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan dan agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea sedangkan jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria, Gelidium, dan Gelidiella. Istilah lokal agar-agar bagi Eucheuma ini akan sedikit mengacaukan karena justru Eucheuma bukan termasuk marga yang memproduksi agar-agar.

Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, umunya tumbuh melekat pada substrat tertentu tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Faktor biologi utama yang jadi pembatas produktifitas rumput laut yaitu factor persaingan dan pemangsa ari hewan herbivore selain itu, dapat pula di hambat oleh factor mortalitasitu sendiri. Pertumbuhan dan penyebaran sangat tergantung dari faktor-faktor oceanografi (fisika, kimia dan pergerakan air) serta substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui thallusnya. Perkembangbiakan dilakukan dengan dua cara yaitu secara kawin antara gamet jantan dan betina serta secara tidak kawin melalui fegetatif dan konjungatif secara taksonomi.

Pada praktikum matakuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta  penanganan rumput laut yang dilaksanakan dipulau panjang Serang Banten. Seperti yang kita ketahui bahwa pulau panjang merupakan salah satu pulau yang terletak di Teluk Banten merupakan wilayah Kecamatan Bojonegara, kabupaten Serang di Provinsi Banten yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di pulau panjang  adalah Eucheuma cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain.  Secara umum kandungan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh jenis rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur panennya. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu. Hasil penelitian Pamungkas (1987) menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari, sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen yang berumur 60 hari. Luthfy (1988) melaporkan bahwa Eucheuma cottonii mengandung kadar abu 19,92 %, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 % dan karbohidrat 68,48 %.




1.2.    Tujuan
Dalam praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta  penanganan rumput laut yang dilaksanakan dipulau panjang Serang Banten mempunyai tujuan antara lain :
a.       Mengetahui jenis rumput laut dipulau panjang sebagai komoditas perikanan
b.      Mengetahui teknik penanganan rumput laut yang diterapkan dipulau panjang























BAB II
METODOLOGI


2.1.    Waktu dan tempat
Praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai  tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta penanganan rumput laut dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 Desember 2010 pada pukul 13.00 wib sampai pukul 15.00 wib dipulau panjang Kabupaten Serang Banten yang diikuti oleh mahasiswa/i jurusan perikanan fakultas pertanian Universitas sultan ageng tirtayasa Serang Banten.

2.2.    Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mulai dari tekhnik budidaya sampai pengolahan dan penanganan rumput laut yaitu : Alat-alatnya terdiri dari tali tambang diameter 9 mm, tali tambang 4 mm, tali rafia, botol plastik bekas/gabus, patok bambu/kayu atau batu karang, pisau, perahu, bak, alas dari terpal/para-para. Dan bahan-bahannya meliputi Bibit rumput laut seperti Eucheuma cottonii usia 25 hari, larutan kapur dan karung.

2.3.    Prosedur kerja
Prosedur kerja praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta penanganan rumput laut pengambilan datanya dengan cara observasi langsung dengan bapak Mastur sebagai pembudidaya rumput laut dan bapak Tapsir selaku pelaku usaha home industry pengolahan dodol rumput laut.





BAB III
ISI


3.1.      Gambaran umum pulau panjang
Pulau panjang merupakan salah satu pulau yang terletak di Teluk Banten merupakan wilayah Kecamatan Bojonegara, kabupaten Serang di Provinsi Banten yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Pulau panjang berada pada koordinat 6’25’18’’-6’28’12’’ lintang selatan dan 106’22’9’’-106’25’36’’ bujur timur. Pulau panjang mempunyai lokasi yang sangat strategis, karena terletak dekat pelabuhan Bojonegara, yaitu pada jalur laut yang melewati pelabuhan Bojonegara, sehingga akan menimbulkan dampak baik secara ekonomi, fisik, maupun sosial budaya. Adapun batas-batas wilayahnya yaitu sebelah utara : laut Jawa, sebelah barat : Kecamatan Bojonegara, sebelah selatan : Teluk Banten, sebelah timur : pulau pamujan besar dan pamujan kecil. Dengan luas wilayah kurang lebih 820 Ha, pulau panjang merupakan pulau terbesar diperairan Teluk Banten. Bila dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya, seperti pulau semut, gugusan pulau lima, pulau gedang, pulau kubur, pulau pamujan besar, dan pulau pamujan kecil, pulau dua, pulau tarahan dan pulau kali yang rata-rata tidak berpenduduk. 
Nama:
Pulau Panjang
Alamat:
Kab. Serang
Latitude:
13
Longitude:
11
Kota/Kabupaten:
Kabupaten Serang
Jenis Objek:
Pulau
Keyword:
pulau panjang
Status Potensi:
Tergali

Kondisi fisik pulau panjang dilihat dari iklimnya yaitu merupakan tropika panas dengan suhu maksimum 320 C, suhu minimum 21,0 C (rata-rata 270C), dan kelembaban udara relatif 60%. Curah hujan dengan bulan terbasah terjadi pada bulan Januari sebesar 100-400 mm, dengan curah hujan tahunan sebesar 1.700 mm yang terjadi antara bulan November dan April. Sedangkan bentuk topografi pulau panjang sebagian besar merupakan dataran rendah dengan tingkat kelerengan antara 0-15% dan ketinggian yang hampir sejajar dengan permukaan laut yaitu 0-2 meter diatas permukaan laut, dengan luas daratan masing-masing pulau yang terpengaruh oleh adanya pasang surut yang mengakibatkan beberapa bagian pulau akan tergenangi air laut jika laut sedang pasang.



100_0720
 








Gambar 1. Geografis wilayah pulau panjang

Selanjutnya DKP Kabupaten Serang (2002) menyatakan bahwa formasi geologi pulau panjang terentuk dari batuan kapur, pasir dan sedimen yang berasal dari pulau Jawa dan Laut Jawa. Formasi tersebut terdiri dari susunan batuan malihan/metamorfosa dan batuan beku. Tekstur tanah perairan dipulau panjang dicirikan halus sampai kasar dengan nilai Ph berkisar antara 7,0-8,5. tanah didaratan pulau panjang berupa pasir koral (hancuran yang berwarna putih keabuan) yang berasal dari pelapukan batu gamping terumbu koral dengan ketebalan <1 m.  Pulau panjang mempunyai hamparan gosong karang kurang lebih 92,2393 Ha. Selain itu berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Kiswara (1999) Pulau Panjang mempunyai padang lamun (seagrass) seluas lebih kurang 37 Ha.

Masyarakat pulau panjang memiliki berbagai macam mata pencaharian yang umumnya memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada dipulau panjang. Sebagian masyarakat penduduk pulau panjang umumnya adalah sebagai nelayan, yaitu sebagai nelayan tangkap dengan menggunakan payang dan nelayan budidaya rumput laut. Sejak dulu Pulau Panjang dikenal sebagai kawasan budidaya rumput laut, hal ini terlihat dari kawasan perairan sekitar pulau yang disibukkan dengan aktifitas budidaya produk ini. Yang perlu kita lakukan adalah membina masyarakat setempat untuk meningkatkan produksi dan memperluas lahan budidaya karena nilai jualnya cukup tinggi. Bila lokasi ini dapat dikelola secara maksimal dan produksinya makin pesat maka dapat dijadikan contoh/pilot project untuk daerah dan pulau lainnya untuk mengembangkan produk yang sama sehingga produksi rumput laut di Banten terus meningkat.

3.2.      Bahan baku rumput laut Eucheuma cottonii
Bahan baku rumput laut Eucheuma cottonii mulai dari permodalan yaitu modal awalnya dari negara Philipina dan dari pemerintah. Dan untuk bibit rumput laut Eucheuma cottonii berasal dari negara yang sama yaitu negara philipina.

Tekhnis budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dipulau panjang yaitu melalui beberapa aspek diantaranya : Persyaratan lokasi dan lahan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dipulau panjang meliputi lokasi perairan yang tenang. Dasar perairan berkarang. Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas pencemaran. kedalaman 6-10 m. sirkulasi air baik. kondisi fisika dan kimia perairan mulai dari suhu air berkisar antara 27-300 C, salinitas perairan antara 30-35 permil, Ph antara 7-9 dengan kisaran optimim 7,3-8,2, kejernihan air tidak kurang dari 5 m.
Menyiapkan peralatan dan bahan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari : menyiapkan tali tambang 9 mm (sebagai tali utama). Tali tambang 4 mm (sebagai tali ris). Tali rafia (untuk mengikat bibit rumput laut). Patok bambu/kayu dan pemberat dari batu karang (sebagai jangkar). Pisau. Perahu. Dan bibit rumput laut Eucheuma cottonii usia 25 hari.

Prosedur kerja tekhnis budidaya rumput laut Eucheuma cottonii Prosedur kerja atau cara budidaya rumput laut diantaranya : menggunakan metode tali panjang. lahan yang biasa dipakai untuk budidaya berukuran 15 x 30 m2. potong tali ris sepanjang 30,5 m sebanyak 15 buah kemudian. Ikatkan bibit rumput laut dengan tali rafia beranya 100 gr jarak bibit satu dengan yang lainnya 30 cm. Kemudian dipasangkan atau diikatkan ketali ris. Potong tali utama sepanjang 17 m sebayak 2 buah. Potong tali jangkar panjangnya disesuaikan pada kedalaman 10 m setiap 4 m diberi jangkar sebanyak 4 buah. Rentangkan tali utama Ikatkan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang di bawahnya sudah di ikatkan pada jangkar, batu karang, atau batu pemberat kemudian disudu-sudutnya dipasang pelampung. Rentangkan tali ris kemudian ikatkan pada tali utama dengan jarak masing-masing tali ris sekitar 1 mm. Setelah tali ris terpasang semua kemudian ikatkan pelampung dari botol plastik bekas pada tali ris sebanyak 10 buah dengan jarak 3 m.






 








Gambar 2. metode tali panjang untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii


 







Gambar 3. Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode tali panjang

Permasalahan atau kendala-kendala untuk mengatasi budidaya rumput laut yaitu faktor pembibitan, faktor lokasi perairan yang terkadang gelombangnnya besar misalnya terjadi pada budidaya rumput laut Eucheuma cottonii kuning kecil yang gagal dan sekarang sudah diganti dengan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii jumbo, faktor penyakit pada rumput laut seperti penyakit ice-ice yang menyerang rumput laut. Penyakit ice-ice merupakan penyakit penyakit busuk batang (ice-ice) yang sering dialami selama musim hujan.  Ice-ice merupakan penyakit rumput laut atau algae yang disebabkan oleh perubahan lingkungan dan bakteri, seperti pseudoalteromonas gracilis, pseudomonas spp dan vibrio spp.
Pemicu utamanya perubahan lingkungan yang mendadak, misalnya suhu air dan intensitas cahaya.
 Pemicu lainnya adalah serangan hama, misalnya ikan baronang, penyu, bulu babi, dan binatang laut lainnya yang menyebabkan “luka” pada permukaan thallus. Pada keadaan stres, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.  Infeksi akan bertambah berat akibat serangan epifit atau gulma yang menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga tidak memungkinkan thallus rumput laut melakukan fotosintesa.


Munculnya penyakit ice-ice ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya akan menjadi putih. Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus yang terinfeksi menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya mudah patah dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri serangan ice-ice. Thallus muda yang tumbuh berikutnya mengalami ”pengerutan”, tidak tumbuh memanjang bahkan mengecil-kerdil, sehingga rumpun terlihat kurus, otomatis bobot rumpun pun ringan. Penyakit ini menyebar secara vertikal dari bibit yang ditanam, atau secara horisontal melalui perantaraan air.






















3.3.      Penanganan rumput laut Eucheuma cottonii
1.      Penanganan rumput laut Eucheuma cottonii kering asin.
Pengolahannya terdiri dari Pemanenan dilakukan pada saat rumput laut usia 45-50 hari. Kemudian lakukan Pencucian dengan air laut untuk membersihkan rumput laut dari sampah dan kotoran yang menempel pada rumput laut. Setelah dicuci rumput laut dimasukan kedalam karung dan dibawa kedaratan dengan menggunakan perahu. Tahap selanjutnya yaitu pengeringan,  pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran dengan sinar matahari selama 3 hari. Penjemuran rumput laut menggunakan alas seperti terpal atau para-para. Kadar air rumput laut Eucheuma cottonii  kering asin yaitu 35% dengan tingkat kekeringannya 90%. setelah rumput laut kering, Jadilah produk rumput laut Eucheuma cottonii kering asin.

Dan tahap yang terakhir adalah pengemasan, Pengemasannya menggunakan karung. Kemudian rumput laut Eucheuma cottonii  kering asin dipasarkan dengan sistem pemasaran menjual kepasar-pasar lokal serta mensupplaynya kepabrik-pabrik industri. Harga jual untuk produk rumput laut Eucheuma cottonii kering asin yaitu Rp. 12.000/kg. Daerah pemasarannya yaitu pasar lokal dan suplay ke pabrik-pabrik industri seperti pabrik PT. Gumindo di bekasi.


G:\AlBuM\pulau panjang\12182010059.jpg
 








           
Gambar 4. Rumput laut Eucheuma cottonii kering asin

2.      Penanganan rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar
Pengolahannya meliputi  Pemanenan dilakukan pada saat usia rumput laut 45-50 hari. Selanjutnya lakukan pencucian dengan air laut untuk membersihkan rumput laut dari sampah dan kotoran yang menempel pada rumput laut. Setelah dicuci kemudian rumput laut dimasukan kedalam karung dan dibawa kedaratan dengan menggunakan perahu. Setelah sampai kedaratan rumput laut dicucui kembali kemudian lakukan perendaman dengan kapur (perbandingan kapur dengan air yaitu kapur 1 kg, air 150 l). Kapur terbuat dari batu karang bandos yang dibakar. Fungsi kapur untuk mempercepat wana putih, meningkatkan gel, menghilangkan bau amis atau anyir. Perendaman dilakukan selama 24 jam. Tahap berikutnya adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan cara penjemuran dengan bantuan sinar matahari selama 2-3 hari. tingkat kekeringan rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar untuk lokal yaitu 70%. Dan kekeringan untuk ekspor berkisar 95%.

 setelah rumput laut kering, Jadilah produk rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar. Kemudian lakukan pengemasan dengan menggunakan karung atau karton. Pengemasan dengan karton caranya karton di press beratnya 40 kg. Sistem pemasaran produk rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar dengan cara menjual kepasar-pasar lokal serta mengekspornya ke negara Singapura. Harga jual untuk produk rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar lokal yaitu Rp. 13.000/kg dan untuk eksport Rp. 45.000/kg. Daerah pemasarannya yaitu pasar lokal dan eksport ke negara singapura.









G:\AlBuM\pulau panjang\12182010046.jpg
 








Gambar 5. Rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar

Permasalahan atau kendala dalam pemasaran rumput laut adalah apabila dalam waktu 1 bulan rumput laut tidak laku dijual maka rumput laut menjadi kuning disebabkan oleh pengolahan serta pemasaran yang kurang optimal.

Solusi yang diupayakan untuk mengatasi permasalahan dan kendala-kendala dalam sistem pemsaran rumput laut dengan cara study banding, misalnya menjual harga yang relatif murah dari harga dipasaran. Melakukan servise marketing dengan cara lebih mengutamakan kepuasan pelanggan. Dan selalu mengontrol rumput laut pada saat budidaya minamal 2-3 hari sekali.












3.4.      Pengolahan dodol rumput laut Eucheuma cottonii
Pengolahan rumput laut Eucheuma cottonii menjadi produk dodol rumput laut melewati beberapa proses pengolahan yang meliputi : Menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari kompor, panci atau wajan, alat untuk mengaduk, wadah atau loyang. Kemudian bahannya terdiri dari rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar yang sudah putih, pewarna alami (pasta), air, gula pasir.

Proses pengolahannya yaitu rebus air setelah mendidih masukkan rumput laut kemudian masukkan gula pasir dengan perbandingan gula pasir 1 kg dan rumput laut 1 kg. Setelah itu aduk sampai rumput laut hancur didalam perebusan. Setelah rumput laut hancur kemudian diangkat dan dituangkan kedalam loyang dan beri pewarna alami (pasta) sesuai dengan selera dan dinginkan. Setelah rumput laut dingin kemudian rumput laut diiris atau dipotong-potong sesuai selera dan dibungkus kedalam wadah plastik siap jual dengan berat 2 ons. Harga jual produk dodol rumput laut yaitu 2 ons Rp. 4.000. laut Sistem pemasaran dodol rumput dengan cara  menjual kepasar-pasar lokal dan kedistributor di Jakarta, Bogor, dan Serang.


 








Gambar 6. Dodol rumput laut




Permasalahan yang dihadapi pada produk dodol rumput laut yaitu pada saat penjemuran ketika proses pengeringan rumput laut membutuhkan waktu selama 2-3 hari dan tidak adanya jejaring pasar.

Harapan terhadap pengolahan produk dodol rumput laut yaitu ingin lebih dikembangkan lagi pemasaran produk dodol rumput laut. Karena semakin kedepan permintaan pasar setiap tahunnya mencapai 10%.

























BAB IV
PENUTUP


4.1.      Kesimpulan
Dari observasi yang telah dilakukan dalam mata kuliak praktek lapang komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta penanganan rumput laut dapat disimpulkan diantaranya :
1.      Pulau panjang merupakan salah satu pulau yang terletak di Teluk Banten yang potensial untuk pengembangan rumput laut.
2.      Umumnya masyarakat pulau panjang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan tangkap dan nelayan budidaya rumput laut.
3.      Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di pulau panjang  adalah Eucheuma cottonii.
4.      Prosedur kerja tekhnis budidaya rumput lau Eucheuma cottonii dengan menggunakan metode tali panjang.
5.      Penanganan rumput laut Eucheuma cottonii dipulau panjang menjadi dua produk yaitu rumput laut Eucheuma cottonii kering asin. Dengan harga jual yaitu Rp. 12.000/kg. Dan produk rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar dengan harga juanyal untuk lokal yaitu Rp. 13.000/kg dan untuk eksport Rp. 45.000/kg.
6.      Pengolahan rumput laut dipulau panjang menjadi produk dodol rumput laut Eucheuma cottonii dengan harga jual dodol rumput laut yaitu 2 ons Rp. 4.000.







4.2.      Saran
Menurut kami budidaya rumput laut dipulau panjang masih perlu adanya upaya dan langkah untuk mengembangkan secara luas budidaya rumput laut. Selain rumput laut merupakan komoditi yang cukup baik untuk dikembangkan kedepannya. Ternyata budidaya rumput laut memerlukan waktu yang relatif singkat serta teknologi yang diterapkan sangat sederhana sehingga prospek pasarnya sangat menjanjikan. Dan dari hasil pengolahan rumput laut seperti produk dodol rumput laut sangat perlu dikembangkan lagi. Karena dari hal itu semua memberikan dampak yang posistif baik dari segi nilai ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dipulau panjang itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar