Powered By Blogger

Minggu, 02 Januari 2011

praktikum oseano pulau panjang banten


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang

Oseanografi adalah ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi diantaranya. Perairan laut adalah suatu badan air yang berhubungan dengan lautan. Untuk mengetahui apakah terdapat suatu keseimbangan antara factor biologi dan habitatnya, yaitu organisme dengan factor – factor fisika dan kimia suatu perairan serta kondisi fisik alam dalam perairan diperlukan pengetahuan tentang ukuran factor – factor tersebut secara kualitatif dan kuantitatif. Beberapa factor lingkungan penentu perairan diperanguhi pengelolaan dan kelansungan hidup, kondisi fisik alam, pertumbuhan, atau reproduksi organism akuatik dapat dilihat dari sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Namun disini kita akan membahas tentang factor fisika dan kimia perairan. Faktor kimia meliputi : Salinitas dan PH sedangkan factor fisika meliputi : Pasang surut, gelombang, arus, kecerahan dan suhu.
Dalam praktikum lapang mata kuliah oseanografi yang dilaksakan di pulau panjang. Seperti yang kita ketahui bahwa pulau panjang, adalah sebuah pulau kecil yang terletak di teluk Banten. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah kabupaten Serang, Banten. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang berlokasi di perairan Teluk Banten dan satu-satunya pulau yang berpenduduk. Untuk mencapai Pulau Panjang dapat ditempuh dari tempat penyeberangan umum yang terletak dikecamatan Bojonegara dengan menggunakan kapal bermoto empel selama kuranglebih 30 menit. Bagian pulau yang menghadap ke laut lepas merupakan daerah abrasi yang cukup potensial, terutama dengan makin sedikitnya tumbuhan mangrove (bakau). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Arc View dari peta dasar.
Nama:
Pulau Panjang
Alamat:
Kab. Serang
Latitude:
13
Longitude:
11
Kota/Kabupaten:
Kabupaten Serang
Jenis Objek:
Pulau
Keyword:
pulau panjang
Status Potensi:
Tergali

Pulau Panjang mempunyai hamparan gosong karang kurang lebih 92,2393 Ha. Selain itu berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Kiswara (1999) Pulau Panjang mempunyai padang lamun (seagrass) seluas lebih kurang 37 Ha. Mata pencaharian penduduk pulau panjang umumnya adalah sebagai nelayan, yaitu sebagai nelayan tangkap dengan menggunakan payang dan nelayan budidaya rumput laut. Sejak dulu Pulau Panjang dikenal sebagai kawasan budidaya rumput laut, hal ini terlihat dari kawasan perairan sekitar pulau yang disibukkan dengan aktifitas budidaya produk ini. Yang perlu kita lakukan adalah membina masyarakat setempat untuk meningkatkan produksi dan memperluas lahan budidaya karena nilai jualnya cukup tinggi. Bila lokasi ini dapat dikelola secara maksimal dan produksinya makin pesat maka dapat dijadikan contoh/pilot project untuk daerah dan pulau lainnya untuk mengembangkan produk yang sama sehingga produksi rumput laut di Banten terus meningkat.


100_0720
 





 


1.2.            Tujuan

Dalam penyusunan makalah praktikum lapang mata kuliah oseanografi yang dilaksanakan di pulau panjang terdapat tujuan yang diantaranya adalah mengetahui kondisi lingkungan perairan mulai dari arus, gelombang, pasang surut, kecerahan perairan, suhu, DO, sampai pada Ph. Serta dapat mengaplikasikannya dalam parameter-parameter oseanografi.

1.3.            Manfaat

Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah praktikum lapang mata kuliah oseanografi antara lain :
a.       Mengetahui bentuk dan kondisi lingkungan perairan yang terdapat dipulau panjang.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui lingkungan perairan mulai dari arus, gelombang, pasang surut, kecerahan perairan, suhu, DO, sampai pada Ph.
c.       Mahasiswa dapat mengetahui motode apa saja yang dapat dilakukan dalam mengukur perairan yang terdapat dipulau panjang.
d.      Mengaplikasikannya dalam parameter-parameter oseanografi.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1.   Arus

Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun horisontal. Menurut letaknya arus dibagi menjadi dua, yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin; Sedangkan arus bawah Deep-water Circulation) adalah arus yang bergerak dibawah permukaan laut arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.

Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam (deep-water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya.

 

 

Berdasarkan penyebab terjadinya arus dibagi menjadi :
Arus Ekman                 : Arus yang dipengaruhi oleh angin
Arus termohaline           : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi
Arus pasut                    : Arus yang dipengaruhi oleh pasut
Arus Geostropik           : Dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis
Wind Driven Current : Dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan

Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin. Gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.

Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas :
a.       Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali.
b.      Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin (thermohaline circulation).









Gbr.1  Model pola sirkulasi arus termohalin global
c.   Arus Pasut
Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
                        b.     Turbulensi
Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan.
e.   Tsunami
Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat terjadi gempa.







Ø   Arus-arus permukaan dunia


 








Gbr.2  Pola sirkulasi arus global

Terdapat terdapat tiga macam bentuk arus permukaan. Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya di laut masih terdapat banyak arus-arus lain yang lebih kecil yang terdapat di daerah-daerah tertentu.
Tiga macam arus tersebut adalah :
1.  Arus yang mengelilingi daerah kutub selatan (Antartic Circumpolar Current) yang terdapat pada telak lintang 600 Selatan.
2.  Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah barat ke timur, tetapi dibatasi oleh arus-arus sejajar yang mengalir dari timur ke barat, baik di belahan bumi utara maupun di belahan bumi selatan.
3.  Daerah subtropical ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai gyre. Aliran air yang terdapat di belahan bumi utara mengalir searah jarum jam, sedangkan yang terdapat di belahan bumi selatan mengalir berlawanan dengan arah jarum jam. Arus gyre disebabkan oleh adanya gaya coriolis yaitu gaya yang membelokkan arah arus akibat dari rotasi bumi.







 



Gbr.3  Gyre

Ø   Gaya coriolis dan arus Ekman
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen. Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokkan arah arus dari arah yang lurus.

Gaya Coriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyaai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin tidak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus pada kedalaman 200m. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang disebabkan oleh gaya Coriolis akan meningkat.

Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan makin dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman.


 









Gbr.4 Spiral Ekman. Gambar ini menunjukkan arah arus dan kecepatannya yang berubah-ubah sesuai dengan makin dalamnya kedalaman perairan

 

 

 

 

 




2.2.   Gelombang

Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu. Suatu medium disebut: linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu medium dijumlahkan, terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda, isotropik jika ciri fisiknya sama pada arah yang berbeda
Jenis-Jenis Gelombang
1.  Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, dsb.
2.  Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Macam-macam gelombang 
A.     Menurut arah getarnya:
1.    Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
2.    Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.

B.     Menurut amplitudo dan fasenya :
1.    Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
2.    Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.

C.     Menurut medium perantaranya:
1.    Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
2.    Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.

Persamaan umum gelombang yaitu besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang. Gelombang stasioner (diam) ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan pantul).
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantul pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 1800) terhadap gelombang datang. Penyebab terjadi gelombang laut dipengaruhi beberapa factor berikut:
1.    Kecepatan angin
2.    Lama angina bertiup dan luas daerah yang terkena pengaruh
3.    Kedalaman air laut
4.    Adanya getaran kulit bumi di dasar laut
5.    Tetapi factor utamanya karena angin dan gempa

2.3.       Pasang surut

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi dan gaya tarik-menarik antara benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.  Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas.




Beberapa teori tentang pasang surut laut yaitu :
                  1.     Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory). Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
                  2.     Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory). Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah Kedalaman perairan dan luas perairan, Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis), Gesekan dasar.



Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide). Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.


 







Gambar 1 . Pasang Purnama (saat purnama)

Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.


 








Gambar 2. Pasang perbani



Ø      Tiga tipe pasang surut yang dapat diketahui, yaitu :
a.       Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
b.      pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
c.       pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.


 








Gambar 3. Pasang surut diurnal



 








Gambar 4. Pasang surut semi diurnal





 








Gambar 5. Pasang surut campuran

 

 

 

 

 

 

 

2.4.       Kecerahan

Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral. Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat organik maupun anorganik yang ada. Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab :
a.    Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b.    Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c.    Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d.    Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e.    Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f.      Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g.    Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.


2.5.       Suhu
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air.
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus, sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan suhu di daerah kutub.
Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas. Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.

Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
a.    Makin ke kutub makin dingin
b.    Makin ke bawah makin dingin
Pada permukaan samudera, umumnya dari khatulistiwa berangsur-angsur dingin sampai ke laut-laut kutub, di khatulistiwa ± 28° C, pada laut-laut kutub antara 0° sampai 2° C. Panas matahari hanya berpengaruh di lapisan atas saja. Di dasar samudera rata-rata 2oC (juga di dasar samudera daerah tropik). Sebab yang utama adalah karena air dingin yang berasal dari daerah kutub mengalir kearah khatulistiwa. Laut yang tidak dipengaruhi arus dingin suhunya tinggi. Laut Tengah misalnya sampai jauh ke bawah, suhunya 130 C (karena ambang Jibraltar

Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter. Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C.

Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).

2.6.       DO (oksigen terlarut)

Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand = BOD). Tulisan ini lebih difokuskan pada dua parameter dimaksud. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (ANONIMOUS, 2004). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan   mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.

2.7.       pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negative”.
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.
\mathrm{pH} = - \log_{10} a_ \mbox{H} = \log_{10} \frac{1}{a_ \mbox{H}}
dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektroda referensi. Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya mengikuti persamaan Nernst:
 E = E^0 + \frac{RT}{nF} \log_e(a_\mbox{H}); \qquad \mathrm{pH} = \frac{E^0-E}{2,303 RT/F}
dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektroda standar, R tetapan gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang ditransfer. Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion hidrogen.
Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui. Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO 31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani
elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt
Dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya


 \text{pH(X)} - \text{pH(S)} = \frac{E_\text{S} - E_\text{X} }{2,303RT/F}
Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.

















BAB III
METODOLOGI


3.1.   Waktu dan tempat
Praktikum lapang mata kuliah ekonomi sumberdaya perikanan dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu tanggal 18 Desember 2010 pada pukul 10.00 wib dan pukul 17.00 wib di Pulau Panjang. Dan diikuti oleh mahasiswa/i semester 3 dan semester 5 jurusan perikanan fakultas pertanian unversitas sultan ageng tirtayasa Banten.
3.2.   Metode pengukuran
3.2.1.  Arus
Metode pengukuran arus di laut dapat diketahui dengan tiga cara, yakni melakukan pengukuran langsung di laut, melalui pengamatan topografi muka laut dengan satelit, dan model hidrodinamik.
  Pengukuran arus secara insitu dapat dilakukan dengan dua metode, yakni metode Lagrangian dan Euler. Metode Lagrangian adalah suatu cara mengukur aliran massa air dengan melepas benda apung atau drifter ke laut, kemudian mengikuti gerakan aliran massa air laut.
Cara lain mengukur arus insitu adalah dengan metode Euler. Pengukuran arus yang dilakukan pada satu titik tetap pada kurun waktu tertentu. Cara ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan Current Meter. Salah satu alat ukur arus dengan metode Euler ditampilkan pada Gamb 2. Pada alat tersebut dilengkapi dengan sensor suhu, conductivitas untuk mengukur salinitas, rotor untuk kecepatan dan kompas magnetik untuk menentukan arah.



 

    






Gambar 1.
Salah satu contoh alat ukur arus dengan menggunakan metode Euler, panel sebelah kiri merupakan salah satu contoh lintasan arus yang bergerak dari Samudera Pasifik  bergerak memasuki perairan Indonesia.

           






Gambar 2.
Current Meter Aandera Type RCM-7

                                                   b.     Pengukuran arus dengan satelit altimetri
Adanya perkembangan teknologi satelit dewasa ini sangat memungkinkan untuk mengetahui tinggi muka laut atau topografi muka laut. Salah satu satu satelit yang mampu untuk membedakan perbedaan tinggi muka laut adalah Topex/Poseidon.
Satelit altimetri pada prinsipnya mentransmisikan gelombang dengan panjang tertentu, kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak dari satelit ke permukaan laut dan kembali ke reciever di satelit, sehingga jarak dari lintasa satelit ke muka laut diketahui. Jarak yang lebih dekat saat muka laut lebih tinggi akan membutuhkan waktu yang lebih pendek bila dibandingkan dengan saat muka laut lebih rendah. Gambar. 4b menggambarkan tinggi rendah muka laut dan hasil analisis gerakan massa air permukaan.






 







(a)                                             (b)
Gambar 4.
(a) Satelit Topex-Poseidon, (b) hasil rekaman satelit Topex-Posaidon berupa peta topografi uka laut

                                                   c.     Pengukuran arus dengan membangun model hidrodinamika
Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, para pakar oseanografi fisika mengembangkan model-model hidrodinamika untuk memprediksi gerak massa air di laut. Dengan memahami prinsip-prinsip fisika dan dengan alat bantu matematika dan komputer beberapa permasalahan yang secara analitik sulit dipecahkan dapat dipecahkan dengan metode numerik. Sampai saat ini banyak sekali model dikembangkan, misalnya POM (Princeton Ocean Modeling). Bahkan beberapa institusi kelautan dunia membuat paket-paket model yang bisa di-running dalam personal komputer berbasis windows, misalnya SMS 8.0 (Surface water Modelling System).
           

 











Gambar 5. merupakan salah satu contoh model arus yang dihasilkan dari program SMS 8.0 dengan memasukkan data kedalaman, komponen pasang-surut M2, S2, N2. O1 dan K1.

Pada praktikum lapang mata kuliah oseanografi yang dilaksanakan dipulau panjang untuk mengukur arus luar metode yang digunakan adalah dengan menggunakan media bola pimpong yang dihanyutkan diperairan dalam waktu sekitar 1 menit setelah itu diukur dengan menggunakan  meteran. Meteran berfungsi untuk mengukur berapa panjang saat bola pimpong dihanyutkan pada posisi awal sampai posisi terakhir setelah waktu 1 menit berakhir. Dan untuk mengukur arus dalam menggunakan alat current meter.

3.2.2.  Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Wave Pole, yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah, perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.

Sedangkan pengukuran gelombang yang dilakukan dalam praktikum oseanografi dipulau panjang yaitu dengan menggunakan paralon 1 meter yang diberiketentuan setiap 5cm paralon diberi tanda, dan cara penggunaannya yaitu dengan cara paralon dicelupkan diperairan dan diberi waktu 1 menit. Sehingga,   didapati bahwa gelombang yang terdapat dipulau panjang berapa tinggi dan rendahnya gelombang.

3.2.3.  Pasang surut
Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.  Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut.  Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah   masih tergenang oleh air
2. Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
4. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
5. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya  dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
6. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
7. Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah

2.    Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis.  Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.  Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu : 
a.Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).  Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
b.    Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).  Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.





3. Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3.  Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi.  Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan lautPulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal.  Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis).  Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya.

Metode pengukuran pasang surut pada praktikum oseanografi yaitu dengan menggunakan paralon 1 meter dengan ketentuan setiap 5 cm diberi tanda, tanda ini bertujuan untuk lebih mudah melihat angka yang tertera untuk dapat menunjukkan ketinggian pasang surut terendah dan tertinggi. dengan dilakukan dengan cara paralon dicelupkan kedalam perairan dalam waktu 1 menit.


3.2.4.  Kecerahan
Pengukuran kecerahan air laut yaitu dengan menggunakan  secchi disk. Secchi disk pertama kali ditemukan oleh Fr. Pietro Angelo Secchi, seorang ahli astrofisika. Saat ia diminta untuk mengukur transparansi perairan di laut mediterania oleh seorang Komandan (Letnan) Angkatan Laut Cialdy, pimpinan armada angkatan laut Papal. Ia pun memperkenalkan alat pengkurur kecerahan yang terbuat dari piringan dan diberi warna hitam dan putih. Secchi menggunakan piringan putih untuk mengukur kecerahan periaran mediterania pada bulan april tahun 1865. Kala itu, ukuran piringan yang digunakan untuk mengukur kecerahan perairan sangat bervariasi. Namun umumnya ukuran yang digunakan adalah piringan dengan ukuran dengan diameter 18 inchi. Dan dibuat menggunakan piringan metal dengan warna hitam dan putih. Jadi, hitam dan putih digunakan karena hitam adalah warna yang dapat mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah.

Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan. Caranya, piringan diturunkan ke dalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan/ berhenti diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan secchi dibagi dua.
Meskipun, piringan secchi sebagai alat ukur kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air, perolehan datanya masih perkiraan, alat ini sering digunakan karena bentuk dan penggunaannya yang simpel.
Selain menggunakan secchi disk ada alat lain yang lebih akurat dalam mengukur tingkat kecerahan perairan yaitu fotometer.
Rumus kecerahan :
Kecerahan = jarak hilang+jarak tampak






Pada praktikum oseanografi dipulau panjang metode pengukuran yag digunakan dalam pengukuran kecerahan perairan yaitu menggunakan secchi disk. Cara pemakaian dan fungsi secchi disk sama seperti pernyataan diatas dan dapat memberikan informasi berapa kecerahan yang terdapat diperairan pulau panjang.

3.2.5.  Suhu
Pengukuran suhu diperairan yaitu dengan menggunakan alat thermometer, thermocouple, thermistor, pyrometer, electromagnetic spectroscopy.
Pengukuran suhu yang digunakan pada praktikum oseanografi diperairan pulau panjang yaitu menggunakan alat DO (Dissloved oxigen) yang cara kerjannya dengan mencelupkan kedalam perairan dalam waktu 1 menit sehingga didapat berapa suhu yang diperoleh diperairan tersebut.

3.2.6.  DO
Pengukuran oksigen terlarut (DO) digunakan alat pengukur DO (Dissloved oxigen) yang dicelupkan kedalaman perairan yang kondisi awal DO pada posisi 0 C. Nilai oksigen terlarut diperoleh setelah DO direndam didalam air selama 2 menit. Pengukuran dilakukan pada satu titik.
Dan pengukuran oksigen terlarut pada perairan pulau panjang juga menggunakan alat pengukur DO (Dissloved oxigen) yang cara kerjanya seperti yang diterangkan diatas.
3.2.7.  pH
Pengukuran Ph diperairan umumnya menggunakan antara lain dengan cara indikator sederhana dengan menggunakan kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
Sedangkan pengukuran Ph yang dilakukan diperairan pulau panjang yaitu menggunakan alat DO (Dissloved oxigen) yang cara kerjannya dengan mencelupkan kabel pengukuran ph kedalam perairan dalam waktu 1 menit.








BAB IV
HASIL


4.1.   Arus
Dalam praktikum mata kuliah oseanografi yang dilaksanakan diperairan pulau panjang diketahui bahwa arus luat yang terdapat diperairan pulau panjang yaitu pada percobaan pertama dilakukaan pada waktu 1 menit dengan menggunakan media bola pimpong yang dihanyutkan didapat bahwa arusnya setelah diukur menggunakan meteran yaitu mempunyai panjang arus sebesar 10,8 meter.

Setelah itu dilakukan kembali percobaan kedua dengan media yang sama dalam waktu 1 menit sehingga diperoleh panjang arus sebesar 12,8 meter. Dari percobaan yang telah dilakukan didapati bahwa pada percobaan kedua panjang arus mengalami peningkatan. Yang sebelumnya panjang arus hanya mempunyai panjang 10,8 meter dan bertambah panjang arusnya menjadi 12,8 meter. Sehingga terjadi pertambahan panjang arus yaitu sebesar 2 meter dalam waktu yang sama yaitu 1 menit. Dan arus dalam yang terdapat diperairan pulau panjang dengan menggunakan alat current meter yaitu arus dalamnya 0.

4.1.   Gelombang
Gelombang yang terdapat diperairan pulau panjang yang sebelumnya dilakukan pengukuran gelombang dengan menggunakan paralon 1 meter yang diberiketentuan setiap 5cm paralon diberi tanda, dan cara penggunaannya yaitu dengan cara paralon dicelupkan diperairan dan diberi waktu 1 menit. Sehingga,   didapati bahwa gelombang yang terdapat dipulau panjang mempunyai tinggi gelombang yaitu 25 cm. Sedangkan gelombang terendahnya yaitu 20 cm.


4.3.   Pasang surut
Pasang surut di ukur ketika terjadi pasang di laut. Pasang surut yang terjadi diperairan pulau panjang yang dilakukan dengan menggunakan paralon 1 meter dengan ketentuan setiap 5 cm diberi tanda dan dilakukan dengan cara paralon dicelupkan kedalam perairan dalam waktu 1 menit didapati bahwa perairan dipulau panjang pada saat pasang tertinggi yaitu sebesar 25 cm. Dan pada saat surut terendah yaitu sebesar 20 cm.
4.4.   Kecerahan
Kecerahan perairan dipulau panjang yang dilakukan dengan metode pengukuran kecerahan perairan menggunakan  alat yang bernama Secchi disk. Secchi disk merupakan alat pengkurur kecerahan yang terbuat dari piringan dan diberi warna hitam dan putih. umumnya ukuran yang digunakan adalah piringan dengan ukuran dengan diameter 18 inchi. Dan dibuat menggunakan piringan metal dengan warna hitam dan putih. Jadi, hitam dan putih digunakan karena hitam adalah warna yang dapat mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah.

Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan. Caranya yakni Seichi disk yang dicelupkan kedalam perairan dan dilihat dari jarak tampak dan jarak hilang seichi disk didalam air. Titik hilang adalah panjang ketika warna hitam dan putih tidak kelihatan ketika sechidisch diturunkan dan titik tampak adalah ketika warna hitam dan putih terlihat ketika seichidisk diangkat perlahan dari batas jarak hilang. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada titik yang berbeda.





Kecerahan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan secchi disk diperairan pulau panjang didapati datanya sebagai berikut :
Pada kecerahan ke
Hasil kecerahannya
Kedalaman
1
29
55 cm
2
35
70 cm
3
45
85 cm

4.5.   Suhu
Pengukuran suhu diperairan pulau panjang yaitu dengan  menggunakan alat DO (Dissloved oxigen) yang cara kerjannya dengan mencelupkan kedalam perairan dalam waktu 1 menit sehingga diperoleh suhu yang terdapat diperairan pulau panjang yaitu sebesar 28,5 0C.
4.6.   DO
Hasil pengukuran DO yang terdapat diperairan pulau panjang dengan menggunakan alat DO (Dissloved oxygen) dengan cara kerjannya yaitu mncelupkannya kedalam perairan dalam waktu 1 menit sehingga diperoleh DO perairan pulau panjang yaitu 6,0.

4.7.   pH
Pada pengukuran ph yang terdapat diperairan pulau panjang dengan menggunakan alat DO (Dissloved oxygen) yang cara pemakaiannya dengan mencelupkan kabel pengukuran ph kedalam perairan dalam waktu 1 menit. Dan diperoleh ph nya pada perairan pulau panjang yaitu 6,33.






BAB V
PENUTUP

5.1.   Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan percobaan mengenai kondisi perairan dipulau panjang mengenai pengukuran kondisi lingkungan mulai dari arus, gelombang, pasang surut, kecerahan perairan, suhu, DO, sampai pada Ph dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1.         Perairan pulau panjang yaitu perairan yang dapat diamati berdasarkan factor fisika dan kimia perairan. Faktor kimia meliputi : Salinitas dan PH sedangkan factor fisika meliputi : Pasang surut, gelombang, arus, kecerahan dan suhu.
2.         Metode yang dapat dilakukan dalam pengamatan pada praktikum oseanografi yaitu metode pengukuran arus luar dengan menggunakan bola pimpong, meteran sedangkan untuk arus dalam menggunakan curret meter. Metode pengukuran kecerahan, suhu, DO dan Ph menggunakan alat DO (Disloved oxygen). Metode pengukuran gelombang dan pasang surut menggunakan alat paralon yang setiap 5 cm diberi tanda. Dan untuk mengukur keceraharan perairan dengan menggunakan secchi disk.
3.         Factor fisika dan kimia suatu perairan sangat penting dilakukan guna memperoleh parameter-parameter oseanografi.




5.2.   Saran
Dalam melakukan pratikum yang akan datang sebaiknya  diperhatikan kembali untuk menyediakan alat dan bahan yang cukup layak untuk digunakan selama praktikum oseanografi dalam mengamati kondisi perairan. supaya dapat lebih jelas mengetahui tenang kondisi perairan yang terdapat disuatu perairan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar