BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Avertebrata
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata. Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung belakang. Dan sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung, dan mammalia.
Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca, echinodermata, dan arthropoda.
Untuk mempelajari Invertebrata, terlebih dahulu harus mengenal filum invertebrata, yaitu sebagai berikut : Protozoa, Porifera, Ceoelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Mollusca (kelas cephalopoda), Arthropoda (kelas crustacean), Echinodermata.
BAB II
FILUM PRAKTIKUM KE 1
“ PROTOZOA”
Protozoa beasal dari bahasa Yunani (protos = pertama dan zoion = hewan). Kurang lebih ada 50.000 spesies (masih hidup dan telah menjadi fosil). Merupakan hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi seksual (generative) maupun aseksual (vegetative). Dalam klasifikasi protozoa dikelompokkan kedalam kingdom protista. Habitat hidupnya adalah tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungannya tidak menguntungkan protozoa akan membentuk membrane tebal dan kuat yang disebut kista. Ilmuan yang pertama kali mempelajari protozoa adalah Anthony van Leewenhoek.
Kebanyakan protozoa tidak mempunyai dinding sel yang kuat dan bentuk tubuh pun tidak tetap seperti halnya pada sel tumbuhan. Rupa-rupanya pada zaman purba ada spesies yang mampu menyusun kulit atau kerangka luar yang terbentuk dari kapur atau kersik. Fosil-fosil mereka terdapat dalam batu-batu yang berasal dari zaman kambrium, kira-kira 600 juta tahun yang lalu. Spesies-spesies yang berkerangka kersik lebih tua dari pada fosil-fosil berkerangka kapur. Fosil-fosil itu ditemukan pada waktu orang mengebor tanah untuk mencari sumber-sumber minyak.
2.1 MORFOLOGI
Seperti halnya sel makhluk hidup lain, sel protozoa terdiri dari protoplasma yang dibungkus membran sel (plasmalemma) yang berfungsi sebagai “dinding sel”. Protoplasma terdiri dari dua komponen utama yaitu inti sel (nucleus) dan isi sel atau sitoplasma.
Dengan menggunakan mikroskop kita dapat melihat bahwa sitoplasma terdiri dari dua bagian. Bagian terluar tampak homogeny dan jernih (hyaline) disebut ektoplasma, dan bagian dalam disebut endoplasma. Dalam endoplasma terliht benda-benda seperti butir-butir kecil dan serabut benang halus yang ternyata adalah materi yang mengndung protein, karbohidrat, lemak, garam mineral, serta organel.
Protozoa tidak memiliki organ sejati sepertiu alat pencernaan dan alat reproduksi sebagaimana layaknya metazoan. Akan tetapi sangat menakjubkan bahwa protozoa yang berukuran mikroskopisdan terdiri dari sel mampu melakukan semua kegiatan biologis seperti bergerak, makan, bernapas dan berreproduksi. Proses-proses tersebut dilakukan oleh bagian didalam sel, yang disebut organel seperti vakuola kontraktil.
2.2 FISIOLOGI
Pada protozoa memiliki :
a) Sistem pernapasan.
pernapasan atau pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) berlangsung secara difusi karena adanya perbedaan tekanan gas didalam sel dan diluar sel.
b) Sistem pergerakan.
Protozoa bergerak dengan menggunakan.
- Rhizopoda (sarcodina).
Alat pergerakannya berupa kaki semu (pseudopodia). Pseudopodia berasal dari penjuluran sitoplasma dan bersifat sementara terutama untuk berpindah tempat atau makan.gerakan tersebut timbul akibat dari kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara lambat. Contoh hewannya adalah dari kelas sarcodina.
- Flagellata (mastigophora).
Flagellata (bulu cambuk) merupakan alat gerak berupa protoplasma panjang seperti cambuk berjumlah satu atau dua helai. Flagellate berfungsi sebagai alat gerak maju dengan kecepatan antra 15 sampai 300 mikron per detik.
Dibagi menjadi dua kelompo yaitu :
· Golongan phytoflagellata.
² Euglena viridis (makhluk hidup peralihan antara protozoa dengan ganggang).
² Volvax globator (makhluk hidup peralihan antara ganggang).
² Noctiluca millaris (hidup dilaut daan dpat mengeluarkan cahayaa bila terkena rangsangaan mekanik).
· Golongan zooflagellata.
² Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense. Menyebabkan penyakit tidur diafrika dengan vektor (pembawa)
Oleh lalat tsetse (Glossina sp.)
² Trypanosoma gambianse vektornya glossina palpalis.
² Trypanosoma rhodeslense vektornya glossina morstitans. oleh tsetse semak.
² Trypanosoma evansi penyakit surra, pada hewan ternak (sapi).
² Trypanosoma cruzl penyakit chagas.
² Trypanosoma vaginalis penyakit keputihan.
² Leishmaniadonovani penyakit kalanzar.
- Ciliata (ciliophora).
Cilia atau bulu getar merupakan alat gerak yang berbentuk bulu-bulu halus, biasanya banyak dan selalu bergetar. Gerakan tersebut menimbulkan arus air yang dapat menimbulkan gerakan maju. Diantara semua jenis protozoa, ciliate bergerak paling cepat antara 200 sampai 1000 mikron perdetik. Penyebaran cilia diseluruh permukaan sel tidak selalu merata, hingga berdasarkan susunan cilia. dalam kelompok dibedakan menjadi :
Ø Membran berombak (undulating membran).
Kumpulan cilia pendek-pendek yang tersusun dalam satu baris memanjang, terdapat didaerah peristome dekat cytostome.
Ø Membranella.
Seperti membrane kecil-kecil, terdiri atas beberapa cilia pendek saling melekat, dan tersusun dalam bentuk seri.
Ø Cirrus (cirri).
Rumpun cilia yang tumbuh menyatu berbentuk seperti kerucut panjang atau duri. Cirri bergerak kearah berbagai arah, hingga dapat digunakan untuk merayap, berlari atau melompat.
Contoh-contoh hewan ciliata :
a. Paramecium caudatum (binatang sandal).
Hidup bebas diar tawar, bentuk tubuh tetap, bagian anterior tumpul dan bagian posterior runcing. Mempunyai kurang lebih 5000 silia. Reproduksi aseksual dengan pembelahan diri : seksual dengan konjugasi.
b. Didinium.
Merupakan predator diekosistem perairan, pemangsa paramecium.
- Sporozoa.
Adalah Protozoa yang tidak mempunyai alat gerak. Cara bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Pembiakan secara vegttif disebut juga skizogoni dan secara generative disebut juga sporogoni. Anggotanya tidak ada yang hidup bebas, tetapi menumpang pada organism tertentu. Hidup sebagai parasit (endoparasit) didalam usus halus atau sel darah hewan vertebrata.
Jenis-jenisnya antara lain :
² Plasmodium falciparum adalah malaria tropika berspolurasi sepanjang hri.
² Plasmodium vivax adalah malaria tertian berspolurasi tiap hari ketiga (48 jam).
² Plasmodium malariae adalah malaria knartana berspolursi tiap hari keempat (72 jam).
² Plasmodium ovale adalah malaria ovale.
c) cara makan.
Cara makan protozoa ada tiga yaitu :
a. Autotrof
Dapat mensintesis makanan sendiri seperti layaknya tumbuh-tumbuhan dengan jalan fotosintessis. Banyak flagellate bersifat autotrof. Protozoa yang tidak dapaat berfotosintesis mendapatkn makanan dengan jalan menelan benda padat, atau memakan organisme lain seperti bakteri, jamur atau protozoa lin bersift heterotof. Protozoa yang bersifaat autotrof daan heterotof disebut amfitrof.
b. Heterotof
Dinding selnya terdiri dari suaatu membraan tipis, mengambil makanannya dengan cara membungkus makanan kemudian menelannya kedalam sitoplasma. Cara ini disebut fagositosis. Pada jenis yang berdinding tebal (pelikula), cara mengambil mangsanya dengan car menggunaakan mulutnya sel yang disebut cytostome biasanya dilengkapi dengan cilia untuk mengalirkan air hingga bila ada makanan yang lewat daapat ditangkap daan dimasukkan kedalam sitoplasma.
Makanan yang masuk kedalam sitoplasma bersma air akan ditempatkaan dalam suatu rongga kecil yang disebut gastriola (vakuola makanan). Makanan didalam gastriola dicerna secara enzimatis. Hasil pencernaan disebarkan keseluruh bagian protoplasma dengan proses pynocytose sedangkan sisa pencernaan dibuang melalui lubang sementara pada membrane sel; pada flagellate dan ciliate adakalanya terdapat lubang permanen yang disebut cytopyge atau cytoproct.
2.3 REPRODUKSI
Reproduksi dilakukan secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual dengan cara membelah diri menjadi dua atau banyak, dan pertunasan (budding), eksternal atau internal. Pembelahan menjadi dua dapat terjadi secara melintang atau membujur. Sedangkaan, pembelahan menjadi banyak biasanya dimulai dari inti sel, kemudian diikuti pembelahan individu.
Sebagian besar protozoa air tawar yang hidup bebas mempunyai kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan yang memburuk, yaitu dengan membentuk system yang resisten terhadap kekeringan, dingin atau panas. Beberapa jenis dilindungi selubung sebagai rumah (vangkang,test) yang terbuat dari selulosa atau fosfoprotein, misalnya pada Aurella.
2.4 MANFAAT DAN PERANAN
v Merupakan indicator pencemaran perairan.
v Makin banyak bahan organik dan anorganik, seperti limbah rumah tangga, limbah dari pabrik kimia. Maka akan makin banyak protozoa berkembang biak.
2.5 PRAKTIKUM (PREPARAT PRAKTIKUM PROTOZOA)
a. Gambar, keterangan gambar dan Klasifikasi.
1 Cystodinium
Pembesaran 10x (media kangkung)
Klasifikasi :
Domain : Eukarvota
Kingdom : Protozoa
Subkingdom : Biciliata
Infraphlyum : Alveolata
Phylum : Dinophyla
Subphylum : Dinozoa
Class : Phytodiniales
Ordo : Dinophyceae
Family : Phytodinium
Genus : Cystodinium
Spesies : Cystodinium sp.
2 Pleurasigma calicatum
Pembesaran 4x (media kangkung)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Chysophyta
Phylum : Protozoa
Class : Bacilla riophyceae
Ordo : Phizosalencales
Family : Rhizosalenceae
Genus : Rhizosalerae
Spesies : Pleurasigma calicatum
Morfologi : Merupakan diatom besar, ada dalam bentuk aciform dengan kuat silicic shell. Merupakan phytoplankton berSel yang tunggal. Mereka memiliki bentuk panjang tipis sticks, di sepanjang lintas bagian. Mereka bervariasi diameter 3-50 μ, biasanya 5-12 μ. Panjang (tinggi) dari sel-sel kecil dari diameter mencapai 1000 μ, orang-orang besar diameter bervariasi dari 238-417 μ.
3 Euglena haematodes
Pembesaran 10x (media daun sawi)
Klasifikasi :
Domai : Eukaryota
Kingdom : Protozoa
Phylum : Euglenozoa
Class : Euglenida
Ordo : Euglenales
Family : Euglenacea
Genus : Euglena
Spesies : Euglena haematodes
Morfologi : Organisme ini mempunyai tingkat perkembangan lebih tinggi karena sudah mempunyai inti yang tetap dan mempunyai khloroplast. Karena itu Euglena dapat melangsungkan fotosinthesa dan tumbuh seperti halnya pada tumbuhan tinggi. Semua euglenoid mempunyai satu atau dua flagella yang menyebabkan mereka dapat bergerak secara aktif. Selnya telah mempunyai bentuk yang tetap, dinding sel bukan terdiri dari selulosa melainkan suatu selaput tipis yang dapat mengikuti gerakan sel euglenoid yang sewaktu-waktu dapat berubah bentuk.
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, dan dibawahnya berupa “kerongkongan”/gullet. Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak demikian. Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat. Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar sepanjang sitofarinx dan sitostoma. Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka. Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelnya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, dan dibawahnya berupa “kerongkongan”/gullet. Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak demikian. Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar berupa waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat. Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar sepanjang sitofarinx dan sitostoma. Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka. Genera yang mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelnya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang batang (tipe tinsel).
Fisiologi : Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi bukan berupa amilum. Euglenophyta dapat hidup secara autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak dapat hidup dalam medium yang hanya mengandung garam-garam anorganik, tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium ditambah dengan sejumlah asam amino. Beberapa jenis hidup secara obligat saprofit sedang yang lain obligat autotrof, disamping ada yang hidup secara holozoik yaitu dapat menangkap dan menelan mangsanya seperti pada binatang.
Reproduksi :
1. Aseksual : Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior. Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru.
2. Seksual : Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur. Autogami (penggabungan dua inti anakan dalam sel), pernah dijumpai pada Phacus. Contoh : genera Euglena (berwarna hijau) Astasia (tidak berwarna). Pada umumya Euglena spp. Membelah diri secara longitudinal selama hidup sebagai plankton yang dapat membelah diri waktu berada dalam kista. Genus Euglena dapat membentuk bermacam –macam kista yaitu: 1.Protective-cystes : kista ini dibentuk untuk perlindungan terhadap bahan- bahan yang beracun atau sinar matahari yang kuat, misalnya pada waktu pagi hari dan sore hari.
2.Reproductive-cyste : pada kista tersebut protoplasma membelah diri dalam 2 atau 4 bagian dan tiap bagian nanti menjadi satu individu dalam kista tiap individu dapat bergerak dengan flagel yang terbentuk. 3.temporary – cyste : atau resting- cyste terbentuk pada individu beristirahat atau jika ada matahari yang kuat. Dinding- dinding kista dari selulosa ini dapat membuka dalam 2 bagian simetrik.
2.Reproductive-cyste : pada kista tersebut protoplasma membelah diri dalam 2 atau 4 bagian dan tiap bagian nanti menjadi satu individu dalam kista tiap individu dapat bergerak dengan flagel yang terbentuk. 3.temporary – cyste : atau resting- cyste terbentuk pada individu beristirahat atau jika ada matahari yang kuat. Dinding- dinding kista dari selulosa ini dapat membuka dalam 2 bagian simetrik.
4. Euglena viridis
Pembesaran 10x (media daun sawi)
Klasifikasi :
Domain : Eukaryota
Kingdom : Protozoa
Phylum : Euglenozoa
Subphylum : Sarcomastighopora
Class : Euglenida
Family : Euglenales
Ordo : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena viridis
Morfologi : Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Fisiologi : Euglena dapat hidup secara autotrop maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma. Habitatnya. Sesuai dengan alat geraknya (flagel) sebagian besar Euglenophyta hidup diperairan mulai dari air tawar, air laut dan lumpur. Bahkan ekstrimnya, Euglena dapat hidup dalam perut berudu Rana sp.
Reproduksi : Pada ganggang bersel tunggal seperti euglena, hal ini terjadi secara pembelahan biner, yaitu suatu pembelahan sederhana sebuah organisme utuh menjadi dua bagian yang sama yang kemudian tumbuh dan membentuk individu baru. Pembelahan sel dapat terjadi juga ketika sel bergerak, yang merupakan pembelahan longitudinal dan dimulai pada ujung anterior. Pembelahan pada saat sel tidak bergerak, sel dikelilingi selubung yang gelatinous. Seringkali sel anak membelah lagi untuk membentuk koloni palmela (bila sang anak gagal keluar dari sel induk, sel-sel anak akan terus membelah sampai mencapai ratusan sel anak dan diselubungi matriks yang gelatinous) yang temporal selama mitosis. Pada spesies yang memiliki satu flagellum, blepharoplas (granula pada pangkal tiap-tiap flagella) membelah menjadi dua. Flagellum lama tetap menempel pada salah satu blepharoplas dan dari blepharoplas yang satunya tumbuh flagellum baru. Proses pembelahan selanjutnya seperti mitosis pada umumnya. Euglena juga sering kali membentuk kista (sel vegetatif membulat dan berdinding tebal) yang cukup tahan terhadap kondisi buruk sampai beberapa waktu lamanya. Selain itu juga bereproduksi secara autogami (fusi antara nukleus sel-sel anak). Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel vegetatif.
b. Manfaat dan Peranan dalam Perairan.
Dilihat dari segi nilai ekonomisnya : Sampai saat ini diperkirakan ada 50.000 spesies protozoa yang sudah diidentifikasi. Habitat hidupnya dilaut, air laut, payau, air tawar dan daratan maupun pasir kering. Diantaranya ada yang hidup bebas dan merupakan makanan bagi organism dari tingkat yang lebih tinggi. Beberapa jenis flagellate dan ciliate merupakan makanan bagi anak ikan. Akan tetapi, banyak juga yang hidup sebagai parasit baik pada hewan, tumbuhan maupun manusia.
Parasit pada hewan antara lain : Trichodina dan Inchtyophtirius dari kelas ciliata, serta Heneguya dari kelas Myxosporea. Sedangkan parasit pada manusia antara lain : Entemoeba hiltolytica dari kelas sarcodina yang menyebabkan penyakit disentri, plasmodium dari subfilum sporozoa menyebabkan penyakit malaria, dan Tripanosoma dari kelas Mastigophora menyebabkan penyakit tidur. Adapun protozoa yang menyebabkan racun seperti Gonyaulax yang diduga sebagai penyebab red tide atau pasang merah dibagian pantai didaerh indopasifik, misalnya india , Thailand , singapura, sabah, Filipina , Indonesia , dan Australia . Red tile dapat mengakibatkan kematian missal ikan-ikan didaerahaa pantai.
BAB III
FILUM PRAKTIKUM KE 2
“PORIFERA DAN COELENTERATA”
A. PORIFERA
Porifera berasal dari dari bahasa latin (Pori = lubang, Faro = mengandung). Jadi porifera adalah hewan yang tubuhnya berlubang. Porifera adalah hewan bersel banyak dikenal dengan nama popular spons. Kurang lebih ada 5.000 spesies. Porifera merupakan metazoan yang paling sederhana. Dikatakan demikian karena kumpulan sel-selnya belum terorganisasi dengan baik dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati . walaupun porifera tergolong hewan namun kemampuan geraknya sangat kecil dan hidupnya bersifat menetap. Dalam klasifikasi porifera dikelompokan kedalam kingdom animalia.
Pada awalnya porifera dianggap sebagai tumbuhan. Baru pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukan adanya aliran air yang terjadi didalam tubuh porifera. Dari 10.000 spesies porifera yang sudah teridentifikasi, sebagian besar hiup dilaut dan hanya 159 hidup diair tawar, semuanya termasuk family spongilidae. Umumnya terdapat diperairan jernih, dangkal dan menempel di substrat. Beberapa menetap didasar perairan berpasir atau berlumpur.
B. COELENTERATA
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani (coilos = rongga, enteron = usus) jadi hewan golongan ini hanya memiliki satu rongga tubuh yaitu rongga usus. Disitulah dilakukan pencernaan. Coelenterata disebut juga cnidaria (cnido + penyengat), karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Termasuk filum coelenterata antara lain Hydra, ubur-ubur, anemone laut, dan koral. Beberapa dengan protozoa dan porifera, coelenterata mempunyai rongga pencernaan (gastrovasculer cavity) dan mulut, tetapi anus tidak ada.
3.1 MORFOLOGI
A. PORIFERA
Ukuran tubuh porifera sangat bervariasi, dari sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cm. dan lebar 1 m. bentuk tubuh spons juga bermacam-macam, beberapa simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan dengan pola bervariasi. Genus Leucosolenia adalah salah satu jenis spons yang bentuknya sangat sederhana; seperti kumpulangan jambangan kecil yang berhubungan satu sama lain pada baagian pangkalnya; hidup laut menempel pada batu karang dibawah batas pasir surut terendah. Didalam setiap individu yang berbentuk seperti jambangan tersebut terdapat rongga yang disebut spongocoel atau atrium. Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang ataau pori-pori (asal nama porifera), yang merupakan lubang air masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar melalui osculum.
Pada dasarnya dinding tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan, yaitu :
1) Pinacocyte atau pinacoderm.
Seperti epidermis berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam. Bagian sel pinacocyte dapat berkontrasi atau berkerut, sehingga seluruh tubuh hewan dapat sedikit membesar atau mengecil.
2) Mesohyl atau mesoglea.
Terdiri dari zat semacam agar (gelatinous protein matrix), mengandung bahan tulang dan sel amebocyte.
3) Choanocyte.
Yang melapisi rongga atrium atau spongocoel. Bentuk choanocyte agak lonjong, ujung yang melekat pada mesohyl dan ujung yang lain berada di spongocoel serta dilengkapi sebuah flagellum yang dikelilingi kelapak dari fibril. Getaran flagelata pada lapisan choanocyte menghaasilkan arus air didalam spongocoel kea rah osculum, sedangkan fibril berfungsi sebagai alat penangkap makanan.
Sel amebocyte didalam mesohyl (mesenkhim) mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk pengangkut cadangan makanan, membuang partiikel sisa metabolism, membuat spikul, serat spons dan membuat sel reproduktif. Untuk kepentingan berbagai fungsi tersebut, terdapat beberapa tipe amebocyte. Amebocyte dengan pseudopodia tumpul dan nucleus besar disebut archeocyte, mampu membentuk sel-sel tipe lainnya yang diperlukan. Amebocyte untuk pengangkutan makanan dan berkeliaran didalam mesohyl disebut amebocyte pemangsa. Amebocyte yang menetap dan mempunyai pseudopodia seperti benang, berfungsi sebagai jaringan pengikat disebut collencyte. Amebocyte yang menghasilkan spikul dan serat spons disebut sclerocyte (scleroblast).
Berdasarkan system aliran air (bukan secara taksonomi), bentuk tubuh porifera dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
a) Asconoid
Asconoid merupakan bentuk yang sangat primitive, menyerupai vas bunga atau jambangan kecil. Pori-pori atau lubang air masuk merupakan saluran pada sel porocyte yang berbentuk tabung, memanjang dari permukaan tubuh sampai spongocoel. Air masuk membawa oksigen dan makanan, dan keluar membuang sampah. Spons tipe asconoid tidak ada yang besar karena getaran flagella tidak maampu mendorong air dari spongocoel ke luar melalui osculum.dalam evolusinya terjadi lipatan-lipatan dinding tubuh dan pengurangan ukuran spongocoel, hingga volume air yang harus dialirkan lebih sedikit. Akibaatnyaa aliran dalam tubuh dapat diperbesar dan lebih efisien serta memungkinkan ukuran rubuh yang lebih besar.
b) Syconoid
Spons memperlihatkan lipataan-lipatan dinding tubuh dalam tahap pertaman termasuk tipe syconoid. Misalnya scpha ( = Sycon atau Grantia). Dinding tubuh melipat secara horizontal, sehingga potongan melintangnya seperti jari-jari, hingga masih tetap semetri radial. Lipatan sebelah dalam menghasilkan sejumlah besar kaantung yang dilapisi choanocyte, disebut flagellated canal, sedang lipatan luar sebagai saluran air maasuk.
c) Leuconoid
Tingkat pelipatan dinding spongocoel paling tinggi terdapat pada leuconoid. Flagellated canal melipat-lipat membentuk rongga kecil berflaagella, disebut flagellated chamber. Spongocoel menghilang dan digantikan oleh saluran-saluran kecil menuju osculum. Dengan banyaknya lipataan berturut-turut menyebabkaan bentuk spons menjadi tidaak berturan (irregular). Genus Leuconia (Leucandra) dengan tinggi 10 cm mempunyai sekitar 2.250.000 flagellated chamber, mengeluarkan air dari tubuhnya sebanyak 22,5 liter per hari.
Spikul
Tubuh spons yang lunak dapat terdiri Karena ditunjang oleh sejumlah besar spikul kecil serta serat organik yang berfungsi sebagai kerangka. Spikul kapur dari CaCO3 dan spikul silikat dari H2Si3O7. Bentuk spikul bermacam-macam, sehingga dipakai sebagai salah satu indicator untuk klasifikkasi dan identifikasi. Monaxon berbentuk seperti jarum, lurus atau melengkung. Tetraxon berbentuk empat percabangan. Polyaxon berbentuk banyak perpanjangan meminjar dri satu pusat. Serta organik (protein sponging fiber0 seperti halnya rambut, kuku dan bulu burung, terdiri dri skleroprotein yang mengandung belerang.
Berdasarkan ukuran, spikul dibedakan menjadi microscleres yang berukuran kecil, dan megascleres yang berukuran kecil dan megascleras yang berukuran 4 sampai 5 kali ukuran microscleres. Walaupun letak spikul didalam mesohyl, tetapi sering kali ditemukan spikul yang menonjol dari laapisan pinacocyte.
B. COELENTERATA
Tubuhnya simetris radial, beberapa simetri biradial. Struktur tuubuh coelenteratadapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pilyp yang hidup menetap dan medusa yang hidup berenang bebas. Bentuk polyp lebihlebih kurang silindris, dengan satu ujung disebut oral yang mengandung mulut dikelilingi tentakel dan ujung lain yang menempel pada substrat disebut aboral. Bentuk medusa seperti lonceng atau mangkuk terbalik dengan bagian cembung mengarah keatas dan bagian cekung dilengkapi mulut an tentakel mengarah ke bawah.
Merupakan hewan diploblastik, colentarata tidak memiliki system respirasi sehingga pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida dilakukan secara difusi. Memiliki system syraf sederhana yang tersebar berbentuk jala. Berfungsi mengendalikaan pergerakan dalam merespon ransangan. System syaraf terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.
3.2 FISIOLOGI
A. PORIFERA
Proses fisiologinya sangat tergantung pada aliraan air. Air masuk membawa oksigen dan makanan serta mengangkut sisa metabolism keluar melalui osculum. Makanannya terdiri dari partikel yang sangat kecil; 80% berukuran kurang dari 5 mikron dan 20% kelepak atas bakteri, dinoflagelata, dan nonplankton. Partikel makanan ditangkap oleh fibril kelepak pada choanocyte. Partikel yang berukuran 5 sampai 50 mikron dimakan dan dibawa oleh amebocyte. Pencernaan dilakukan secara intraselular seperti pada protozoa, dan hasil pencernanya disimpan daalaam archeocyte.
Pertukaran gaas terjadi secara difusi antara air dan sel sepanjang aliraan air. Sistem syaraf padaa porifera belum ditemukan, segala reksi yang terjadi bersifat lokal dan bebas (independen).
B. COELENTERATA
1. Pergerakan.
Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan didalam rongga gastrovaskuler yang berlaaku sebagai suatu rangka hidrostatis, sebagaimaana mesoglea. Gerakan pada polip biasanya terbatas, merayap atau melikuk-likuk, sedangkan medusa dapat berenang bebas. Tubuh polip seperti halnya hydra dapat memanjang dan memendek, atau melengkung keberbaagai arah. Bila hydra dengan ukuran sekitar 8 mm mengambil air dan mengisi rongga gastrovaskulernya, tubuhnya dapat memanjang sampai 20 mm, namun padaa saat air dikeluarkan, tubuh dapat memendek hingga tinggal 1 mm. medusa berenang dengan jelan berdenyut, yang dihasilkan oleh otot melingkar pada tepi lonceng dan menghasilkan gerakaan vertical. Sedangkaan gerakan horizontal tergantung pada arus laut, kecuali padaa beberaapa jenis cuboza.
2. Makanan dan cara makan.
Kebanyakan coelenterata bersifaat karnivor, dan makanan utamanya adalah crustacean dan ikan kecil. Makanan masuk ke mulut dengan bantuan tentakel. Kemudian makanan masuk ke rongga gastrovaskuler. Didalam rongga teresebut sel kelenjar enzim menghasilkan enzim semacam tripsin untuk mencerna makanan. Makanan hancur menjadi partikel-partikel seperti bubur dengan gerakan flagella diaduk hingga merata. Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan secaara intraselular. Hasil pencernaan distribusikan keseluruh tubuh secara difusi.
3. Pernapasan dan ekskresi.
Alat pernapasan dan alat ekskresi khusus tidak ada. Pertukaaran gas terjadi secara difusi melalui seluruh tubuh. Sisa metabolisme beasanyaa dalam bentuk ammonia juga dibuang secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
3.3 REPRODUKSI
A. PORIFERA
Porifera mempunyai kemampuan melakukan regenerasi yang tinggi. Bagian tubuh spons yang terpotong atau rusak akan mengalami regenerasi menjadi utuh kembali. Kemampuan melakukan regenerasi ada batasnya, misalnya potongan spons leuconoid harus lebih besar dari 0,4 mm dan mempunyai beberapa sel choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi menjadi spons baru yang kecil.
Porifera berkembang biak secara aseksual terjadi dengan cara pembentukan tunas (budding) atau pembentukaan sekelompok sel esenseial, terutama amebocyte, kemudian dilepaskan. Spons air tawar dan beberapa jenis laut membentuk gemmule,yaitu tunas internal. Gemmule berbentuk dari sekumpulan archeocyte berisi cadangan makanan dikelilingi yang membentuk lapisan luar yang keras, dan acaplkali terdapat spikul seingga membentuk dinding yang resisten. Beberapa spons air laut membentuk gemmule tanpa cangkang yang resisten, dan kadang-kadang berbentuk larva parenchymulayang berenang bebas.
Reproduksi seksual terjadi baik pada spons yang hermaprodit maupun diocious. Kebanyakan porifera adalah hermaprodit, namun sel telur dan sperma diproduksi pada waktu yang berbeda. Sperma dan sel telur dihasilkan oleh amebocyte; ssumber lain mengatakan bahwa sperma juga dapat terbentuk dari choacyte. Sperma keluar dari tubuh induk melalui osculum bersama dengan aliran air dan masuk ke indivisu lain melalui ostium juga bersama aliraan air. Dalam spongocoel atau flagellated chamber, sperma akan masuk ke choanocyte atau amebocyte. Sel amebocyte berfungsi sebagai pembawa sperma menuju sel telur dalam mesohyl. Kemudian amebocyte beserta sperma melebur dengan sel telur, terjadilah pembuahan (fertilisasi). Perkembangan embrio sampai menjadi larva berflagella masih dalam mesohyl. Larva flagella disebut larva amphiblastula.keluar dari mesohyl dan bersama aliran air keluar daari tubuh induk melalui osculum. Larva amphiblastula berenang bebas beberpa saat, kemudian menempelpada substrat dan berkembang menjadi spons muda yang sessile dan akhirnya tumbuh menjadi besar dan dewasa.
B. COELENTERATA
Reproduksi coelenterate terjadi secara aseksual dilakukan dengan pmbentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada colenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh didekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni.
Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dan sperma). Gamet dihasilkan oleh seluruh coelenterata berbentuk medusa dan beberapaa berbentuk polip.
Bentuk, ukuran dan daur hidup jenis-jenis coelenterata sangat beraneka ragam hingga dikelompokan menjadi 4 kelas :
1 Kelas hydrozoa
Sebagian besar hidup dilaut, berukuran kecil, menempel pada substrat karang atau koral. Jenis hydozoa ada yang tumbuh sebagai polip medusa atau keduannya. Polip pada hydrozoa ada yang bersifat soliter seperti pada hydra, tunas (polip baru) hasil reproduksi aseksual yang telah mempunyai mulut dan tentakel akan lepas dari induknya dan hidup sebagai polip baru ynag juga soliter. Pada jenis koloni seperti obelia, tunas-tunas hasil reprodukasi aseksual yang telah lengkap tetap menempael pada induknya, hingga masing-masing poip saling berhubungan, disebut koloni hydroid. Pada suatu koloni hydroid epidermis, mesoglea dan gastrovaskuler bersambungan hingga sulit dibedakan batas antara hydranth, yaitu bagian oral yang mempunyai mulut dan tentakel, serta hydrocaulus yaitu bagian tangkai polip. Kebanyakan hidup meenetap pada substrat yang tertanam dengan adanya percabaangan horizontal seperti akar yang disebut hydrorhiza.
Umumnya kecil-kecil dan masing-masing polip hanya beberapa millimeter. Warna bervariasi, dilindungi selubung eksternal dari zat tandukyang transparan, dihasilkan oleh epidermis, semua koloni hydroid paling sedikit dimorfik, artinya sekurang-kurangnya pda koloni tersebut terdapat dua macaam polip yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda yaitu polip pemangsa dan polip reproduksi. Medusa hydrozoa umumnya kecil-kecil. Tentakel dilengkapi nematocyst terdapat pada tepi lonceng dan umumnya berjumlah 4 buah tetapi aacapkali lebih.mulut terletak pada ujung manubrium ditengah subumbrella. Pada manubrium terdapat nematocyst dan bagian tepi manubrium kadang-kadang berumbai-umbai dan berlekuk-leku. Mesoglea tebal, jernih seperti agar-agar dan merupakan bagian terbesar dari medusa.
a. Sistem syaraf
System syaraf medusa lebih tinggi dari pada polip. Sel syaraf pada tepi lonceng tersusun dalam dua cincin saraf, atas dan bawah; yang bawah berfungsi sebagai pusat gerak berdenyut. Tepi lonceng juga dilengkapi sel-sel indera dan dua macam organ inderaa, yaitu ocelli(sebagai fotoreseptor) dan statocyst(berfungsi sebagai organ keseimbangan).
b. Reproduksi dan daur hidup
Reproduksi pada semua medusa adalah seksual, dan kebanyakan dioecious. Tidak semua jenis koloni hydroid hidupnya menempel disubstrat, tetapi ada jenis-jenis yang hidup berenang bebas seperti halnya ubur-ubur misalnya Velella dan Physalia.
2 Kelas scyphozoa
Medusa scyphozoa adalah ubur-ubur sejati. Karena merupakan bentuk dominan dalam daur hidupanya, juga relative lebih besar. Tidak semua medusa scyphozoa berenang bebas, jenis-jenis dari ordo stauromedusaemerupakan ubur-ubur yang sessile; bagian exumbrella (aboral) dari lonceng memanjangberbentuk tangkai untuk menempel paada ganggangarau benda lain, hingga bentuknya mirip polip.
Bentuk scyphhozoa sepintas lalu mirip hydromedusa yaitu pipih sepertipiring sampai membulat seperti helm. Berenang dengan berdenyut-denyut seperti hydromedusa. Gerak berdenyut cenderung menarik organism tersebut keatas, apabila kontraksi dihentikan, ubur-ubur tenggelam perlahan-lahan, dan memangsa yang bersinggungan dengan tentakel atau oral arm.
a. Pencernaan
Sistem saluran gastrovaskuler pada scyphomedusa terdiri atas mulut, manubrium, perut pusatyang bercabang membentuk empat kantung perut. Masing-masing dibatasi sekatan yang disebut septum.
b. Sistem saraf
Sistem saraf tersusun seperti jala dan sinaptik. Pusat saraf terletak dalam rhopalium yang berbentuk seperti benjolan kecil diantara lappet dan berisi dua buah lubang indera, sebuah statocyst, adakalanya sebuah ocellus.
c. Reproduksi dan daur hidup
Sel telur atau sperma masuk kedalam rongga gastrovaskulere dan keluar melaalui mulut. Scyphistoma mempunyai tentakel berbentuk seperti Hydra. Kemudian dengan jalan pertunasan menghaasilhan polip scyphistoma dan setelah lengkap melepaskan diri. Beberapa jenis scyphomedusa pelagis seperti Pelagia dan Atolla dalam daur hidupnya tidak memerlukan substrat.
3 Kelas anthozoa
Kelas ini berbeda dengan polip hydrozoa karena mulutnya berhubungan dengan pharynx (gullet, kerongkongan) rongga gastrovaskuler terbagi oleh sekat-sekat longitudinal (septa) menjadi beberapa kamar.
a. Subkelas Zoantharia
b. Subkelas Octocorallia
Semuanya berbentuk koloni dengan sejumlah polip kecil-kecil masing-masing polip dalam koloni dihubungkan oleh suatu jaringan coenechym yaitu suatu massa mesoglea yang tebal.
3.4 MANFAAT DAN PERANAN
A. PORIFERA
Beberapa jenis spons laut seperti spons jari berwana oranye, Axinella canabina, diperdaagangkan untuk menghiasi akuarium;adakalanya diekspor ke singapura dan eropa. Jenis spons dari family Clionidae mampu mengebor dan menembus batu karang dan cangkang mollusca sehingga dapat membantu pelapukan pecahan batu karang dan cangkang mollusca yang berserakan ditepi pantai. Adapula spons yang tumbuh pada kerang-kerangan tertentu dan mengganggu perternakan tiram.
Tidak banyak hewan yang memakan spons karena banyak spikulanya dan baunya tidak sedap. Musuh utama laut ialah siput jenis Nudibranchia. Musuh spons air tawar ialah larva serangga dari ordo Neuroptera. Spons air tawar acapkali mengotori jarring apung, menggangu aliran air kedalam jarring apung.
B. COELENTERATA
Beberapa jenis coelenterata diperdagangkan “ikan hias” untuk akuarium laut, bahkan beberapa jenis diekspor ke singapura, eropa, amerika serikat, dan kanada. Biota tersebut dikemas dalam kantung plastic berisi oksigen dengan suhu sekitar 15o celcius. Jenis-jenis tersebut misalanya : Actinaria equima, Anemonia sulcata, Bunodactis verrucosa.
Coelenterata yang dapat dikonsumsi dan diperdagangkan sebagai ubur-ubur asin, ialah beberapa jenis ubur-ubur scyphozoan yang tidak beracun, contohnya : Rhopilema esculata, Rhizostoma octopus dan Pelagia noctiluca. Ubur-ubur tersebut hapir ditemikan diperairan Indonesia , laut cina selatan dan samudra hindi. Indonesia mengekspor ubur-ubur asin pengawetan ubur-ubur asin ialah garam dan tawas. Ubur-ubur asin dimakan sebagai campuran rujak/asinan, salad mie, acar dan gulai.
3.5 PRAKTIKUM (PREPARAT PRAKTIKUM PORIFERA DAN COELENTERATA)
A. PORIFERA
a. Gambar, keterangan gambar dan klasifikasi
1. Spongia sp.
Perbandingan 1 : 2
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongiae
Ordo : Dictiocheratida
Genus : Spongia
Spesies : Spongia sp.
Morfologi : Spongia sp memiliki banyak pori pada permukaan tubuhnya yang merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan daerah eksternal dan daerah internal. Tubuhnya dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan . Bentuk tubuh menyerupai batang dengan ada beberapa cabang yang bentuknya lebih kecil dari batang utamanya. Warna tubuhnya putih keruh coklat . Hewan ini memiliki spikula yang bersifat monoaxon dan dengan serabut spongia. Pada ujung cabangnya terdapat oskulum dan di daerah badannya terdapat ostium.
Fisiologi : Dinding tubuh hewan ini tersusun atas 2 lapis yaitu lapis luar yang disebut lapisan epidermis atau ephitelium dermal. Lapisan dalam yang terdiri dari jajaran sel-sel leher yang disebut soanosit yang berbentuk botol tidak memiliki flagellum. Ditemukan sistem saluran air yang di mulai dari pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama. Hewan ini mempunyai ruang gastral atau ruang sentral yang berfungsi sebagai kloaka. Ruang itu dikelilingi oleh dinding yang ditembus oleh sejumlah saluran yang tersusun majemuk. Habitat hewan ini hidup di air laut dan air tawar.
Reproduksi : secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan menjelang musim dingin di dalam tubuh. Secara seksual dengan cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh.
B. COLENTERATA
a. Gambar, keterangan gambar dan klasifikasi.
1. Favites sp.
Perbandingan 1 : 2
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scelaractinia
Genus : Favites
Spesies : Favites sp.
Morfologi : Bentuk tubuh /badannya bulat, setengah bulat. Skeleton terdiri atas 10 pasang baris laminae meridionales yang tersusun deret-deret rapat dari satu ujung ke sisi ujung yang lain. Pada ossiculum ada suatu tuber culum dengan spina bersendi yang dapat digerakkan. Pada hewan ini berwarna hitam dengan duri yang hampir sama dengan warna tubuhnya.
Fisiologi : Pada hewan ini terdapat pembuluh sirkular, tabung telapak dengan ampula. Gerakannya tidak begitu aktif mencakup dengan gerakan duri-duri dan tabung-tabung telapak sisi oral, selain itu juga terdapat mulut yang dilengkapi dengan 5 buah gigi dari mulut diteruskan ke esophagus dan berlanjut ke lambung yang berlobus. Lalu ususs berbalik arah dan berakhir sebagai rectum dari esophagus mulai dari sebuah siphon ytang berada dalam dinding lambung dan terus ke posterior. Habitat hewan ini hidup dalam air laut, dari laut yang dangkal sampai yang dalam. Biasanya bersembunyi dalam batu-batu, tetapi ada juga yang bersembunyi di dalam batuan karang.
2. Acropora sp.
Perbandingan 2 : 1
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scelaractinia
Family : Acroporida
Genus : Acropora
Spesies : Acropora sp.
Morfologi : koloni sangat umum dijumpai dalam bentuk bercabang, meja dan bersemak-semak. Bentuk mengerak (encrusting) dan submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe korait yaitu : axial koralit dan radial koralit. Tidak memiliki kolumela. Dinding koralit terpisah dengan konestum (koralit memilki dinding masing-masing). Polip hanya muncul di malam hari.
Reproduksi : Tingkat pertumbuhan karang Acropora jauh lebih cepat dari pada sebagian besar karang lain. Untuk memaksimalkan tingkat pertumbuhan mereka, sangat penting untuk mempertahankan pH tinggi, alkalinitas dan tingkat kalsium, dan untuk menjaga kadar fosfat dan nitrat mendekati nol mungkin. Jika kondisi ideal, juga dapat dikultur dan tumbuh menjadi koloni baru dari hidup fragmen atau pecahan-pecahan. karang Acropora menerima sebagian besar kebutuhan gizi mereka dari fotosintesis, tetapi akan mendapatkan keuntungan dari penambahan berbagai jenis nabati dan zooplankton.
b. Manfaat dan Peranan dalam Perairan.
Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi. Dari koral atau karang merupakan komponen utama pembentukan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Karang dipantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.
BAB IV
FILUM PRAKTIKUM KE 3
“PLATYHELMINTHES”
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani (platy = pipih, helminyhes = cacing). Mendengar kata cacing, tentu pikiran kita akan membayangkan binatang yang bulat panjang tanpa tulang yang hidup ditempat kotor. Kita juga tahu macam-macam cacing baik cacing yang hidup ditanah maupun cacing yang hidup dilaut. Filum plathelminthes yaitu kelompok hewan yang pertama memperlihatkan pembentukan lapisan dasar ketiga yaitu mesodermis. Adanya pembentukan mesodermis pada embrio inilah yang memungkinkan terbentunya sebagian besar system organ pada kelompok hewan ini dan pada kelompok hewan-hewan yang lainya.
Seiring terbentuknya mesodermis dan system organ, yaitu terjadinya keadaan simetri bilateral dan adanya daerah anterior dan posterior. Tubuh bagisn anterior adalah yang pertama kali menghadapi lingkungan pada waktu berjalan, mempunyai paaling banyak indera dibandingkan bagian posterior. Kelompok hewan ini sudah lebih maju dibandingkan porifera dan coelenterata. Tubuhnya memiliki 3 lapisan atau triplobalastik yaitu lapisan epidermis, endodermis, mesodermis.
Filum platyhelminthes merupakan filum yang paling primitif diantara semua fila dalam grande bilateria. Anggota daalam filum ini dengan baagus menggambarkan perubahan-perubahan dalam bentuk nenek moyang planuoid yang biradial menjadi bentuk bilateral yang kompleks. Umumnya tubuh cacing ini pipih dorso ventral. Filum platyhelminthes terdiri atas 4 kelas yaitu :
a. Kelas turbelia (cacing rambut getar)
Tubuh turbelia diselubungi epidermis selular, biasanya berkelijak (berambut getar) dan tidak bersegmen. Hidup bebas (nonparasit). Bersifat hermaprodit (satu individu memiliki dua jenis alat kelamin sekaligus.
Contoh : Planaria sp.
Ukuran tubuh cacing ini berkisar antara 0.5-1 cm. cacing ini berhabitat diair tawar. Dapat dijumpai atau ditemukan dipermukaan bawah dedaunan atau bebatuan dialiri air jernih ataupun kolam. Cara hidupnya soliter. Bersifat karnivor, memangsa cacing, crustacean dsan potongan tubuh yang mati. System pencernaan masih sederhana. Mulut terdapat dibagian tengah dari permukaan ventral tubuhnya. Mempunyai faring yang daapat dijulurkan untuk menagkap makanannya. Zat-zat makanan hasil pencernaan akan berdifusi kejaringan-jaringan. Sedangkan zat-zat makanan sisa akan dikeluarkan lewat mulut. Dikepala, diantara kedua bintik matanya terdapat ganglion otak yang merupakan pusat system saraf. System ekskresi yang memanjang, reproduksi seksual dan aseksual punya daya regenerasi yang besar. Organ reproduksinya hermaprodit.
b. Kelas Trematoda (cacing hisap)
Bentuh dewasa hidup sebagai parasit, biasanya pada usus, hati, darah dan paru-paru hewan vertebrata atau manusia. Tubuh tidak berepidermis tapi terlindung oleh lapisan kutikula dan tidak bersilia. Tubuh tidak bersegmen, organ reproduksinya hermaprodit.
Contoh-contoh spesiesnya :
1. Trematoda darah | 2. Trematoda hati | 3. Trematoda usus | 4. Trematoda paru-paru |
Schistosoma mansoni | Fasciola hepatica | Faciolopsis busci | Paragonimus wetermani |
S. japanicum | Chlonorchis sinesis | | |
S. haematobium | | | |
Contoh daur hidup cacing Trematoda
Clonororchis senensis (cacing hati manusia)
Parasit pada hati (saluran empedu) manusia.
CACING DEWASA TELUR MIRASIDIUM SPOROKIS
(dihati manusia) (keluar bersama feses) ( masuk ketubuh siput air
tawar Lymneae)
(termakan manusia) METASERKARIA (kista) SEKARIA REDIA
(menempel pada ikan (keluar dari tubuh siput)
Air tawar )
c. Kelas cestoda
Parasit pada saluran pencernaan vertebrata. Tubuh terdiri atas scolex (kepala), neck (leher), dan rangkaian segmen (strobilia) yang masing-masing disebut Proglottid gravid (p. masak). Pada beberapa skoleks mempunyai batil isap (sucker). Cacing pita tidak mempunyai system pencernaan, pembentukan segmen pada cacing pita disebut strobilasi. Organ reproduksinya hermaprodit.
Daur hidup Cestoda
CACING DEWASA PROGLOTID GRAVID TELUR BEREMBRIO
(di usus inang tetap) (keluar dari usus inang (terdapat dalam proglotid gravid)
Bersama feses)
Termakan inang tetap termakan inang perantara
SISTISERKUS HEKSAKAN ONKOSFER
Contoh-contoh cacing pita parasit pada manusia :
a. Taenia solium inang perantaranya babi
b. Taenia saginata inang perantaranya sapi
c. Diphyllobothrium latum inang perantaranya katak hijau (Rana cancrivora) atau ikan.
4.1 MORFOLOGI
Ciri tubuh platyhelminthes meliputi ukuraan, bentuk, sturktur dan fungsi tubuh.
Ukuran daan bebtuk tubuh : platyhelminyhes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang nberukuran hamper mikroskop hingga yang panjangnya 20 m. tubuh platyhelminthes simetri bilateral dengan bentuk pipih. Diantara hewan simetri bbilateral platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.
Struktur dan fungsi tubuh : pletyhelminthes tidak memiliki rongga tuguh (selom) sehingga disebut hewan aselomata. System pencernaan terdiri dari mulut, fari g dan usus (tanpa anus) usus bercabang-cabang keseluruh tubuhnya. Platyhelminthes tidak memiliki system peredaran daraah (sirkulasi). Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih. Sistem ekskresi pada kelompok platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali yaitu terdiri dari sepasang tangga simpul saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga. Kelompok platyhelminthes lainnya memiliki sistem saraf yang belum berkembang.
Organ reproduksi jantan (testis) dan betina (ovarium) platyhelminthes terdapat pada satu individu sehingga disebut hewan hermaprodit. Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuhnya.
4.2 FISIOLOGI
Cara hidup platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organic lainnya seperti sisa organism. Platyhelminthes yang parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inagnya. Habitat platyhelminthes yang hidup bebas adalah diair tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab. Platyhelminthes yang hidup parasit hidup didalam tubuh inangnya (endoparasit) antara lain siput air sapi, babi dan manusia.
4.3 REPRODUKSI
Reproduksi platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada produksi seksual akan terjadi penyatuan sperma dan ovum. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi didalam tubuh (internal). Fertilisaasi dapat dilakukan secara sendiri atau oleh kedua individu. Reproduksi aseksual dilakukan oleh semua pltyhelminthes. Kelompok platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah tubuhnya (fragmentasi), kemudia regenerasi potongan tubuh tersebut tumbuh menjadi individu baru.
4.4 MANFAAT DAN PERANAN
Macam-maacam cacing diantaranya cacing yang hidup ditanah dan yang hidup diair. Cacing yang hidup ditanah selain bisa dijadikan umpan juga bisa membantu pak tani dalam menggemburkan tanah.
Sayangnya ada saudaranya cacing tanah yang doyan hidup didalam usus manusia. Karena cacing merupakan salah satu makhluk hidup yang harus makan untuk mempertahankan hidupnya, maka didalam perut pun cacing ini aakan makan segala hal yang bisa dimakan. Cacing yang menenpel pada didalam perut mnusia secara mekanik akan menyumbat saluran pencernaan.
Walaupun menginfeksi manusia cacing tak meninggalkan sifat aslinya yang senag dengan lingkungan yang kotor dan lembab. Itu sebabya infeksi cacing sering ditemukan pada lingkungan yang kumuh.
4.5 PRAKTIKUM (PREPARAT PRAKTIKUM PLATYHELMINTHES)
a. Gambar, keterangan gambar dan klasifikasi.
1. Gyrodactylus sp.
Perbandingan 2 : 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar