Laporan Praktikum Teknik Produksi dan Pemberian Pakan
“Identifikasi Kultur Pakan Alami”
OLEH :
Adelaide M.U
4443090564
Kelompok 1
JURUSAN PERIKANAN/FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang sampai dengan saat ini masih memberikan kita kesehatan jasmani maupun rohani sehingga kita dapat merasakan nikmatnya iman dalam persaudaraan. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan ke junjungan alam nabi besar Muhammad SAW. karena dialah merupakan satu-satunya suri tauladan terbaik yang harus kita contoh sampai dengan zaman sekarang ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen mata kuliah teknik produksi dan pemberian pakan yaitu Dr. Mustahal, Ahmad NP S.Pi.,M.si dan Dodi Hermawan S.Pi.,M,si yang telah memberikan tugasnya kepada kami. Alhamdulilah tugas laporan praktikum kuliah teknik produksi dan pemberian pakan ini dapat terselesaikan tepat waktu. Pada laporan ini, saya berusaha mengungkapkan mengenai identifikasi kultur pakan alami.
Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik bentuk, isi dan penyusunannya, oleh karena keterbatasan kemampuan dan waktu serta keterbatasan literature. Dengan senang hati saya menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca terutama mahasiswa/mahasiswi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang, 3 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 2
2.1. Deskripsi plankton ................................................................. 2
2.2. Jenis-jenis plankton ................................................................ 3
2.2.1. Fitoplankton ................................................................. 3
2.2.2. Zooplankton ................................................................. 4
BAB III METODOLOGI .................................................................. 6
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................ 6
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................... 6
3.3. Prosedur Kerja ....................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 7
4.1. Hasil ....................................................................................... 7
4.2. Pembahasan .......................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 28
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 28
5.2. Saran ..................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Teknik produksi pakan adalah serangkaian aktivitas yang melibatkan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pakan yang memenuhi standar. Bahan pakan terdiri dari bahan organik dan anorganik. Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha budidaya ikan adalah ketersediaan pakan, Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan yaitu pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam atau organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pakan buatan adalah pakan yang diramu dari beberapa macam bahan yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sesuai dengan yang dikehendaki. Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton. Beberapa jenis pakan alami yang dibudidayakan adalah Chlorella, Tetraselmis, Dunaliella, Diatomae, Spirulina, Brachionus, Artemia, Infusoria, Kutu Air.
Pakan alami sangat dibutuhkan karena dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Jenis pakan alami alami yang dimakan ikan sangat beragam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Keuntungan: Banyak pakan hidup merupakan pakan alami ikan yang bersangkutan atau setidaknya setara dengan pakan alaminya. Pakan tersebut mengandung banyak serat sehingga pencernaannya akan tetap terjaga dengan baik. Kerugian: Seringkali pakan hidup bersifat musiman, sehingga pada saat tertentu sulit didapat.
1.2. Tujuan
a. Mengetahui teknik budidaya pakan alami
b. Mengetahui pemeliharaan serta cara identifikasi budidaya pakan alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi plankton
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik samudera, perairan, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk perairan, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan perairan. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Namun demikian ada juga plankton yang memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian.
Gambar 1. Fotomontag organisme plankton
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai.
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.
2.2. Jenis-jenis plankton
Plankton dibagi menjadi dua golongan besar yaitu fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton (plankton hewani).
2.2.1. Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen.
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau “tanaman” dan (“planktos”), berarti “pengembara” atau “penghanyut”. Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).
Fitoplankton ada yang berukuran besar dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak. Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup bawah (hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang dicirikan dengan sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Beberapa dinoflagellata seperti Nocticula yang mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).
Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering sekali membentuk “permadani” filamen yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).
Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena persyaratan hidupnya pada tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organic.
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm = 0,001mm).
2.2.2. Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid(euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria, di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak digunakan.
a. Makroplankton (2-20 mm). Contohnya adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae; ctenophores; salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.
b. Mesoplankton (0,2-2 mm). Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda.
c. Mikroplankton (20-200 µm). Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa (Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod nauplii)
d. Nanoplankton (2-20 µm). Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm; Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil; Pyrrophyta; Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta
e. Picoplankton (0,2-2 µm). Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
f. Femtoplankton (< 0.2 μm)
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami dilaksanakan pada hari kamis 20 dan 27 Oktober 2011 pukul 13.00 sampai pada pukul 15.00 WIB di Laboraturium pengolahan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami terdiri dari mikroskop, gelas objek, gelas beker, pipet, aquarium, kain kasa, aerator, tali rafia, bambu.. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan pupuk kandang, pupuk supergrand max, air sawah, air kran, permipan.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami ialah disiapkan bahan air sawah sebanyak 5 liter kemudian dituangkan kedalam aquarium yang ditambahkan dengan air kran 5 liter pula. Setelah itu disiapkan pupuk kandang sebayak 200 gram yang dicampukan dengan pupuk supergrand max sebanyak 5 ml. Dan dimasukkan kedalam kain kasa diikatkan dengan tali rafia yang digantungkan dibambu. Selanjutnya media yang berada didalam aquarium tersebut.
Dilakukan inokulasi selama kurang lebih 2 hari selanjutnya diberi pakan permipan sebanyak 2 gram yang dilarutkan dengan media yang berada didalam aquarium. Tahap selanjutnya yaitu dilakukannya identifikasi dengan mengambil sampel dari kultur pakan alami terbut dan diamati dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil identifikasi kultur pakan alami dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan kultur pakan alami
No. | Kelompok | Hasil Gambar | Ket | ∑ |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
1 | Kelompok 1 | | Plankton | 11 |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Trichocerca longiseta | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
2 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Euglena viridis | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
3 | | | Parasit | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Eimeria sp. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
4 | | | Parasit | |
| | | | |
| | | | |
| | Trichodina sp. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
5 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Paramecium sp. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
6 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | Colpoda cicullus | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
7 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Brachionus plicatilis | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
8 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Nitzschia sp. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
9 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Daphnia sp. | | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
10 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Moina sp. | | |
| | | | |
| | | | |
11 | | | Plankton | |
| | | | |
| | | | |
| | | | |
| | Colpidium campylum | | |
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami jenis-jenis yang didapati pada kelompok 1 yaitu sebagai berikut :
1. Trichocerca longiseta
Gambar 2. Trichocerca longiseta
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Class : Eurotatoria
Subclass : Monogononta
Superorder : Pseudotrocha
Order : Ploima
Family : Trichocercidae
Genus : Trichocerca
Spesies : Trichocerca longiseta
Morfologi :
Trichocerca tidak diratakan, asimetris, lebih atau kurang silindris. Kaki pendek dengan ujung panjang periode yang tidak sama (Diurella subgenus), mempunyai satu kaki ada yang tidak mempunyai kaki (Trichocerca subgenus). Spesies Kebanyakan litoral. Lebih suka oligotropfic asam dan air (Sládeček 1983).
2. Euglena viridis
Gambar 3. Euglena viridis
Klasifikasi :
Domain : Eukaryota
Kingdom : Protozoa
Phylum : Euglenozoa
Subphylum : Sarcomastighopora
Class : Euglenida
Family : Euglenales
Ordo : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena viridis
Morfologi :
Euglena viridis adalah sejenis alga bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior (depan) tumpul dan meruncing pada ujung posterior (belakang). Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Fisiologi :
Euglena dapat hidup secara autotrop maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma. Habitatnya. Sesuai dengan alat geraknya (flagel) sebagian besar Euglenophyta hidup diperairan mulai dari air tawar, air laut dan lumpur. Bahkan ekstrimnya, Euglena dapat hidup dalam perut berudu Rana sp.
Reproduksi :
Pada ganggang bersel tunggal seperti euglena, hal ini terjadi secara pembelahan biner, yaitu suatu pembelahan sederhana sebuah organisme utuh menjadi dua bagian yang sama yang kemudian tumbuh dan membentuk individu baru. Pembelahan sel dapat terjadi juga ketika sel bergerak, yang merupakan pembelahan longitudinal dan dimulai pada ujung anterior. Pembelahan pada saat sel tidak bergerak, sel dikelilingi selubung yang gelatinous. Seringkali sel anak membelah lagi untuk membentuk koloni palmela (bila sang anak gagal keluar dari sel induk, sel-sel anak akan terus membelah sampai mencapai ratusan sel anak dan diselubungi matriks yang gelatinous) yang temporal selama mitosis. Pada spesies yang memiliki satu flagellum, blepharoplas (granula pada pangkal tiap-tiap flagella) membelah menjadi dua. Flagellum lama tetap menempel pada salah satu blepharoplas dan dari blepharoplas yang satunya tumbuh flagellum baru. Proses pembelahan selanjutnya seperti mitosis pada umumnya. Euglena juga sering kali membentuk kista (sel vegetatif membulat dan berdinding tebal) yang cukup tahan terhadap kondisi buruk sampai beberapa waktu lamanya. Selain itu juga bereproduksi secara autogami (fusi antara nukleus sel-sel anak). Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel vegetatif.
3. Eimeria sp.
Gambar 4. Eimeria sp.
Klasifikasi :
Filum : Apicomplexa
Class : Sporozoea
Sub Class : Coccidia
Ordo : Eucoccidiidae
Sub Ordo : Eimeriina
Famili : Eimeridae
Genus : Eimeria
Spesies : Eimeria sp.
Morfologi :
Eimeria adalah suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas dan berbagai jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan tubuh manusia. Penyebaran parasit ini pada mamalia dan unggas, yaitu ayam, sapi dan berbagai hewan peliharaan. Eimeria tergolong dalam kelas Sporozoa dengan genus Eimeria.
Jenis-jenis Eimeria :
Secara keseluruhan ada 12 jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista, schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu sporulasinya. Dari ke-12 jenis Eimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E. hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti.
Fisiologi :
Pada manusia parasit tersebut hanya menumpang lewat saja di saluran pencernaan yang disebut passant. Eimeria tenella termasuk parasit yang pathogen daripada spesies eimeria yang lainnya. Eimeria tenella ini menyerang saluran pencernaan pada ayam,terutama pada ayam usia muda.
Penyakit yang ditimbulkan karena parasit Eimeria tenella ini adalah Koksidiosis. Koksidiosi merupakan penyakit parasit yang ditandai dengan kukurusan dan diare.
Eimeria tenella tidak bersporulasi didalam tinja ayam yang terinfeksi. Ukurannya sangat bervariasi, panjang berkisar antara 14-31 mikron, lebar 9-25 mikron, dengan rata-rata panjang 23 mikron dan lebar 19 mikron. Dinding ookista halus, tidak terdapat mikropil pada ujung yang lebih kecil. Dalam satu ookista terdapat 4 sporokista dan satu sporokista dapat melepaskan 2 sporozoit. Bila mengalami ekskistasi satu ookista menghasilkan 8 sporozoit infektif.
4. Trichodina sp.
Gambar 5. Trichodina sp.
Menurut Afrianto dan Liviawati (1992) mengemukakan bahwa Protozoa ini sering yang menyerang ikan mas dan nila Penyakitnya disebut Trichodiniasis. Trichodiniasis merupakan penyakit parasit pada larva dan ikan kecil yang disebabkan oleh ektoparasit Trichodina. Selanjutnya menurut Budi Sugianti (2005), Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder.
Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut
Klasifikasi :
Filum : Protozoa
Sub filum : Ciliophora
Klas : Ciliata
Ordo : Petrichida
Sub ordo : Mobilina
Famili : Trichodinidae
Sub famili : Trichodininae
Genus : Trichodina
Spesies : Trichodina sp.
Morfologi :
Trichodina sp. Merupakan protozoa berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron. Tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda lainnya, Noga (1995).
Trichodina sp . Dapat menyebabkan penyakit Trychodiniasis. Trichodina sp. Trichodina sp adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, susanto (2000). Trichodina sp. menyebabkan penyakit gatal-gatal pada ikan. Ikan yang terserang parasit ini ikan dalam keadaan lemah, warna tubuh kusam (tidak cerah), sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam dan dapat menyerang hampir semua jenis ikan air tawar.
Menurut Agus irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.
Perlakuan yang diberikan untuk ikan yang terinfeksi Trichodiniasis adalah dengan perendaman dengan garam atau asam asetat untuk ikan air tawar sedangkan ikan air laut dengan perendaman air tawar, dapat juga menggunakan formalin dengan kosentrsi tertentu.
5. Paramecium sp.
Gambar 6. Paramecium sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Sub Phylum : Ciliophora
Class : Ciliata
Sub class : Holotricha
Ordo : Hymenostomatida
Family : Paramaecidae
Genus : Paramaecium
Spesies : Paramaecium sp.
Morfologi :
Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran sekitar 50-350ɰm. Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk muluk (peristoma yang melanjutkan diri sebagai sitofaring) disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi aboral atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) endosark.
Paramecium memiliki selubung inti (Eukariot). Uniknya Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
Cara gerak Paramecium :
Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggunakan silium ke arah depan dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut.
Fisiologi :
Menurut cara makannya classes ciliata terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
a. Kelompok raptorial, dapat memburu dan menelan mangsanya, yang kadang-kadang dapat berukuran lebih besar dari pada ciliata raptorial tersebut.
b. Kelompok penghasil aliran, dapat menangkap makanan dengan pertolongan aliran. Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang tetap pada bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring yang akan membawa makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian ujung posterior sitofaring. Makanan paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Gambar proses pencernaan makanan pada Paramecium dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 7. Proses pencernaan makanan pada Paramecium
Reproduksi :
Perkembangbiakan Paramecium sp. adalah dengan cara:
a. Aseksual atau dengan cara membelah diri yaitu dengan pembelahan biner dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi 4, 8 dan 16 dst. Pembelahan diawali dengan pembelahan mikronukleus dan diikuti dengan pembelahan makronucleus.
b. Seksual atau perkembangbiakan secara kawin. Caranya adalah dua sel saling mendekat, menempel pada bagian mulut sel untuk kawin. Artinya kedua hewan ini sedang mengalami konjugasi. Selanjutnya terbentuk saluran konjugasi diantara kedua sel ini. Dan melalui saluran ini terjadi tukar-menukar mikronukleus. Mikronukleus dari sel yang satu pindah ke sel yang lain, demikianlah sebaliknya.
Habitat :
Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak bakteri. Medium untuk mengkultur paramecium di laboratorium adalah rendaman air jerami. Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan, tampak sebagai benda kecil yang mengalir jika dilihat di bawah mikroskop.
6. Colpoda cicullus
Gambar 8. Colpoda cicullus
Klasifikasi :
Domain : Animalia
Kingdom : archaea
Subkingdom : Bacteria
Infrakingdom : Chromista
Phylum : Fungi
Subphylum : Plantae
Class : Protozoa
Subclass : Ciliophora
Order : Oligohymonophera
Suborder : Tetrahymenida
Family : Glaucoumidae
Genus : Colpoda
Spesies : Colpoda cucullus
Morfologi :
Colpoda tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bagian punggung dan datar pada bagian perut. Lubang mulut sel mengrah ke depan dengan dikelilingi bulu getar. Didinium berbentuk agak bulat panjang, dengan bulu getar tersusun dalam rangkaian. Ujung depan tubuhnya mempunyai bangunan seperti krucit yang menonjol
7. Rotifera Branchionus
Gambar 9. Rotifera Branchionus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Eurotatoria
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis
Jenis-jenis Rotifera Branchionus :
Adalah hewan renik panktonik termasuk dalam philum Trochelminthes, kelas Rotatoria (rotifera) subkelas Monogononta, ordo Notomatida, subordo Hydatinia, family Branchiodae. Beberapa jenis yang kita kenal antara lain adalah Brannchionus plicatilis, B. pala, B. angularis, B. mollis, B. kuadratis, dan B. puncatus.
Morfologi :
Ukuran tubuhnya antara 50-300 mikron dengan struktur tubuh yang sangat sederhana. Ciri khas yang digunakan untuk penaman Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda, sehingga dinamakan Rotifera.
Reproduksi :
Secara alami Branchionus suka memakan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari pada dirinya. Antara jenis jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menylok, dimana yang jantan ukurannya lebih kecil dari betina. Perkembangbiakan secara partenogenesis dan dalam 8-12 hari dapat menghasilkan sebanyak 5 butir telur.
Habitat :
Hewan ini dapat ditemukan diperairan tawar, payau, atau laut yaitu tergantung jenisnya. Penangkapan hewan ini bisa menggunakan plankton net. Setelah didapat kita tempatkan pada tempat pembibitan agar menjadi banyak.
8. Nitzschia sp.
Gambar 10. Nitzschia sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Bangsa : Pennales
Suku : Nitzschiaceae
Genus : Nitzschia
Spesies : Nitzschia sp.
Morfologi :
Nitzschia adalah pennate laut umum diatom. Genus ini kadang-kadang disebut Nitzchia, takson ini memiliki banyak spesies dijelaskan, yang semua memiliki morfologi yang serupa.
Habitat :
Nitzschia kebanyakan ditemukan di perairan lebih dingin, dan berhubungan dengan kedua Kutub Utara dan Antartika kutub es laut dimana sering ditemukan menjadi diatom dominan. frigida ditemukan tumbuh pesat bahkan pada temperatur antara -4 dan -6 derajat Celcius . Beberapa spesies Nitzchia juga extremophiles oleh penyok toleransi tinggi salinitas , misalnya, beberapa halophile Nitzchia spesies ditemukan di Pans Makgadikgadi di Botswana .
9. Daphnia sp.
Gambar 11. Daphnia sp.
Daphnia sp. Termasuk ke dalam filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut :
Klasifikasi :
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Subkelas : Diplostraca
Ordo : Cladocera
Subordo : Eucladocera
Famili : Daphnidae
Subfamili : Daphnoidea
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Morfologi :
Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya (Gambar 1).
Gambar 12. Penampang melintang Daphnia sp. dan organ-organ
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960).
Reproduksi :
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa (Gambar 2). Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual (Waterman, 1960).
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003).
Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna (Delbaere & Dhert, 1996)
10. Moina sp.
Gambar 13. Moina sp.
Klasifikasi :
Phylum : Arthropoda
Sub phylum : Mandibulata
Class : Crustaceae
Sub class : Entomostraca
Ordo : Branchiupoda
Sub ordo : Clodocera
Family : Daphniidae
Genus : Moina
Spesies : Moina sp.
Morfologi :
Berwarna merah karena mengandung haemoglobin, Bergerak aktif. Bentuk tubuh membulat Pada bagian punggung terdapat lipatan-lipatan dan hampir seluruhnya menutupi belakang punggung. Punggunng belakang terdapat kantong, gunanya untuk menyimpan telur-telurnya. Ukuran moina sp. 60-700 mikron. (1 Mikron = 0,000001 mm).
Reproduksi :
Perkembangan dapat melalui proses perkasnan (pertenogenesis), antara induk jantan dan betina. Jika tidak melalui perkawinan telur-telur akan menetas dengan sendirinya. Setelah telur-telur menetas di dlam kantong (yang berada dipunggung belakang) barulah anak-anak keluar dari kantong induknya. Bentuk jenis Moina sp, bulat dengan garis toleran 0,9-1,8 mm. jenis Moina sp sangat toleran sekali terhadap perubahan suhu dan Ph air.
Habitat :
Moina sp banyak ditemukan , baik dimusim hujan maupun kemarau. Moina merupakan hewan yang kosmopolit ditemukan dikolam, danau, parit, bergerak lambat disungai dan rawa-rawa dimana tercemar material organik.
11. Colpidium campylum
Gambar 14. Colpidium campylum
Klasifikasi :
Filum : Protozoa
Kelas : Cilliata
Ordo : Holotrichida
Famili : Tetrahymenidae
Genus : Colpidium
Spesies : Colpidium campylum
Morfologi :
Berbentuk seperti Paramaecium namun berukuran lebih kecil dan sedikit lebih ramping. Memiliki vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami dapat diambil kesimpulan diantaranya :
1. Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam atau organisme hidup baik tumbuhan ataupun hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan.
2. Pakan alami yang baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton.
3. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik samudera, perairan, dan badan air tawar.
4. Plankton dibagi menjadi dua golongan besar yaitu fitoplankton (plakton tumbuhan atau nabati) dan zooplankton (plankton hewani).
5. Hasil identifikasi dari kultur pakan alami yang diperoleh yaitu : Trichocerca longiseta, Euglena viridis, Eimeria sp. Trichodina sp. Paramecium sp. Colpoda cicullus, Brachionus plicatilis, Nitzschia sp. Daphnia sp. Moina sp. Colpidium campylum.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum teknik produksi dan pemberian pakan mengenai identifikasi kultur pakan alami semoga kedepannya situasi dalam pelaksanaan praktikum dapat terkontrol dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 – 20.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Erlina, A. Hastuti, W. 1986. Kultur Plankton-BBAP. Ditjen Perikanan. Jepara.
Hase, E. 1962. Cell Division. Physiologys and Biochemistry of Algae. Academic Press. New York and London.
Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Cetakan 14. Penebar Swadaya. Jakarta. Prescott, G. W. 1978. How to Know The Freshwater Algae. Wne. Brown Company Publisher.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp of Giant
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35 pp of Giant
Toharudin, Uus. Zoologi Invertebrata. Bandung. : Prisma Press.
Yatim, wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar