BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumput laut
(seaweed) termasuk salah satu anggota
alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau
banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang
dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pesut, jernih
dan biasanya menempel pada karang mati, potongan karang dan substrat kasar
lainnya, baik terbentuk secara alamiah atau buatan (artifisial).
Soegiarto
mengemukakan bahwa bentuk luar tanaman ini tidak mempunyai perbedaan susunan
kerangka antara akar, batang, dan daun.Keseluruhan tanaman ini merupakan batang
yang dikenal sebagai talus. Bentuk talus rumput laut ada bermacam ragam, ada yang bulat seperti tabung,
pipih, gepeng, bulat seperti kantong, seperti rambut dan lain sebagainya, thalli ini ada yang tersusun oleh satu
sel (uniseluler) atau oleh banyak sel (multiseluler).
Rumput laut
merupakan salah satu komoditas ekspor penghasil devisa. Di Indonesia terdapat
555 jenis rumput laut dan empat jenis dikenal sebagai komoditas ekspor yaitu: Eucheuma sp., Gracillaria sp., Gelidium
sp. dan Sargassum sp. S.
polycystum merupakan alginofit
(penghasil alginat) yang termasuk dalam kelas Phaeophyceae, famili Sargassaceae.
Rumput laut
akan bernilai ekonomis setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut. Umumnya
penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan
saja.rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan masih harus diolah
lagiselain dapat digunakan langsung sebagai bahan makanan Pengolahan rumput laut antara lain menghasilkan agar, karaginan dan
alginat.
1.2. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya paper/makalah ini yaitu untuk
mengetahui proses ekstrasi
alginate
dan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi dari tiap-tiap tahapan ekstraksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik alginat
Sumber alginat
potensial terdapath pada makroalga laut coklat. Spesies-spesies utama antara
lain: Ascophyllum, Ecklonia, Durvillaea,
Laminaria, Lessonia, Macrocystis, Sargassum dan Turbinaria. Di daerah yanng beriklim dingin spesies yang
terpenting adalah Laminaria, Macrocystis,
dan Ascophyllum. Sedangkan
didaerah tropis marga Sargassum,
Turbinaria, dan Hormophysa
merupakan spesies utama penghasil alginat. Penyebaran alga coklat di Indonesia
tumbuh menempati hampir disepanjang pantai pulau-pulaunya. Makroalga yang umum
dijumpai dan tumbuh melimpah adalah marga Sargophysa dijumpai dalam jumlah yang
relatif kecil.
Gambar 2. Sargassum
Menurut Widya
(2008) klasifikasi Sargasum polycystum adalah sebagai berikut :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargasaceae
Marga : Sargasum
Jenis : Sargasum sp.
Alginat
merupkan salah satu kelompok polisakarida yang terbnetuk dalam dinding sel alga
coklat, dengan kadar mencapai 40 % dari total berat kering dan memegang peranan
penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga. Alginat disintesa pertama
kali oleh Stanford pada tahun 1880. Alginat merupakan salah satu kopolimer dari
Asam L-guluronat dan asam D-mannuronat. Alginat terdiri dari 3 macam struktur
yaitu homopolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling asam α-1,4-L-guluronat dan asam β-1,4-D-mannuronat Anullman (1998). Alginat sebenarnya merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat dan
merupakan senyawa penting dalam dinding sel. Secara kimia alginat merupakan
polimermurni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang
panjang (Stephen, 1995).
2.2. Kandungan alginat
Kandungan alginat dari rumput laut cokelat sangat bervariasi tergantung dari
tingkat kesuburan perairan, musim, bagian dari tanaman yang diekstrak dan jenis
rumput laut. Upaya memproduksi alginat di Indonesia masih belum optimal, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan kandungan
alginat, diantarnya melalui optimasi ekstraksi alginat (King, 1983).
Menurut Anggadireja et al, (1996) kandungan alginat sebesar kisaranya yaitu 8 hingga
32 % tergantung jenis, musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum polycystum. Kondisi lingkungan
tersebut mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang
dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti
(1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat
tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut
cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya.
Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.
2.3. Proses ekstrasi alginat
Optimalisasi
proses ekstraksi alginat sangat penting.
Terutama proses hidrolisa asam karena apabila ekstraksi dilakukan pada suasana asam
dan suhu terlalu tinggi menyebabkan alginate akan mudah terhidrolisis sehingga
akan menurunkan rendemen dan mutu tepung alginat yang didapat. Apabila alginat
dapat diekstrak dengan baik maka dapat menghasilkan nilai tambah pada rumput
laut penghasil alginat tersebut (Winarno, 1986).
Proses
ekstraksi rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa bertujuan untuk
memisahkan selulosa dan alginat. Alat-alat yang
digunakan untuk ekstraksi alginat adalah thermometer, pH meter, timbangan,
gelas piala, gelas ukur, nampan, hot plate, saringan 100 mesh, pipet, pipet
ukur, pengaduk dan kain blacu. Sedangkan bahan-bahan untuk
mengekstrak alginat (Sargassum
polycistum) sebanyak 60 gr dapat digunakan adalah akuades, NaOH 0,5 %, HCl 0,5 %, Na2CO3
5%, H2O2 6%, HCl 5%, NaOH 10% dan alkohol 95%.
Na2CO3 dan NaOH (Basmal, et al., 2001). Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan alginat
yang terdapat didalam talus rumput laut coklat.Kecepatan ekstraksi alginat yang
ada dalam talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3,
suhu dan lama waktu ekstraksi yang diberikan (Basmal et al., 1998). NaOH yang merupakan salah satu golongan senyawa
alkali dalam proses ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium alginat
dari asam alginat (Basmal et al.,
2001). Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam
demineralisasi (Susanto et al.,
2001).
Tahapan
untuk mendapatkan ekstraksi alginat terlebih dahulu rumput
laut kering (Sargasssum polycistum) ditimbang sebanyak 60 gram. Kemudian rumput
laut direndam dalam larutan NaOH 0,5% selama 30 menit dengan perbandingan 10:1
(10 bagian larutan pereaksi ditambahkan ke dalam 1 bagian rumput laut).
Selanjutnya rumput laut direndam dalam larutan HCl 0,5% selama 30
menit dengan perbandingan 10:1. Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan larutan Natrium
karbonat (Na2CO3) 7% ke dalam larutan dengan perbandingan
10:1 dan dipanaskan pada suhu 50o C dengan lama ekstraksi 2 jam.
Hasil yang didapat kemudian disaring dengan kain blacu.
Larutan hasil penyaringan
kemudian diasamkan dengan menambahkan HCl 5% hingga mencapai pH 2,8-3,2.
pengasaman dilakukan sampai 3 jam. Kemudian dilakukan pemucatan dengan menambahkan H2O2
6% dengan perbandingan 1:1 ke dalam larutan.
NaOH 10% ditambahkan ke
dalam larutan sedikit demi sedikit hingga dicapai pH larutan berkisar antara
8,5 - 9,0. perlakuan ini dilakukan selama 5 jam.
Garam alginat yang terdapat pada larutan dimurnikan
dengan menambahkan alkohol 95% dengan perbandingan 1:1. Gumpalan yang terbentuk
kemudian disaring. Selanjutnya Hasil yang didapat dikeringkan di dalam oven 60oC.
Skema diagram alir proses ekstraksi alginat dapat dilihat pada gambar berikut :
Sargassum polycistum 60 gram
Rumput laut direndam
dalam larutan KOH 2%
Dicuci
Air Mengalir
Perendaman
NaOH 0,5% selama 30 Menit
(rasio
10:1 v/w)
Perendaman
HCl 0,5% selama 30 menit
(rasio
10:1, v/w)
Ektraksi
Na2CO3 7%
(rasio 10:1, suhu 50o C selama 2 jam)
Penyaringan
Pengasaman HCl 5% (pH 2,8-3,2) 5 jam
Pemucatan H2O2 (1:1, v/w)
Pengendapan NaOH 10% (ph 8,5-9,0) 5 jam
Pemurnian, alkohol 95% (rasio 1:1, v/w)
Pengeringan
pada Oven 60o C selama 2-3 hari
Gambar 2. Diagram alir pembuatan
ekstrak alginat
Menurut Chapman
(1980) kadar air yang diperbolehkan untuk alginat adalah sebesar 5-20%. Semakin lama diekstrak, air akan diikat oleh alginat karena alginat
merupakan hidrofilik maka makin banyak air yang terjebak. Kadar air dalam
alginat menunjukkan banyaknya air yang masih terjebak dalam molekul alginat dan
ini sebanding dengan daya viskositas alginat yang juga menunjukkan daya
ikatnya.
Perbedaan kadar
air terjadi karena masing-masing bahan mempunyai kemampuan menyerap air yang
berbeda, dimana jumlah gugus COOH yang ada pada ekstrak alginat
merupakan gugus hidrofilik yang menentukan kemampuan menyerap air yang berbeda. Ekstrak pada bagian pangkal
lebih rendah karena secara fisiologis pada bagian pangkal lebih tua dan lebih
lama serta lebih tebal. Ketebalan ini menunjukkan umur yang lebih lama dan
banyaknya kandungan alginate (Soegiarto, 1978).
2.4. Standar mutu alginat
Alginat yang memiliki mutu food grade, harus bebas dari selulosa
dan warnanya sudah dipucatkan (bleached)
sehingga terang atau putih.
Pharmacentical grade, biasanya juga bebas dari selulosa. Disamping grade
tersebut, ada juga yang disebut industrial
grade yang biasanya masih mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa,
dengan warna dari cokelat sampai putih. pH alginat bervariasi dari 3,5 – 10,
dengan viskositas 10 – 5000 cps, kadar air 5 – 20% dan ukuran partikel 10- 200
mesh (Winarno, 1990).
Tabel 1. Standar mutu Natrium alginat (Anonymous, 1981) :
Karakteristik
|
Natrium alginate
|
Kemurnian
( % bobot kering )
|
90,8 –
100%
|
Kadar As
|
< 3 ppm
|
Kadar Pb
|
< 10
ppm
|
Kadar Hg
|
<
0,004%
|
Kadar abu
|
18-27%
|
Kadar air
|
< 15%
|
Dari tabel diatas terlihat
bahwa kadar abu merupakan batasan mutu dan nilainya diharapkan antara 18-27%,
Kadar abu yang melebihi standar diperkirakan disebabkan karena adanya polusi
pada perairan tersebut (Anonymous, 1981).
Kondisi lingkungan seperti jenis, musim dan kondisi
perairan tempat tumbuhnya Sargassum
duplicatum mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh
pada pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat
yang dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan,
fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu,
cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil
rendemen alginat.
2.4. Manfaat alginat
Alginat merupakan polimer
organik yang tersusun oleh 2 unit monomer L-asam Guluronat dan D-asam
Mannuronat. Polimer bersifat koloid, membentuk gel, bersifat hidrofilik
menyebabkan senyawa alginat dimanfaatkan sebagai
Emulsifying agent, Thickening agent dan stabilizing
agent (Yulianto, 2009). Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan bahwa
alginat banyak digunakan dalam industri:
a.
Makanan: pembuatan es krim,
serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai,
sirup dan puding.
b. Farmasi:
tablet, salep, kapsul, plaster, filter.
c. Kosmetik:
krem, losion, sampo, cat rambut.
d. Tekstil,
kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai ekstraksi alginat dapat disimpulkan bahwa :
1.
Tahapan
ekstraksi alginat yaitu persiapan, perendaman, ekstraksi, pengasaman,
pemucatan, pengendapan, pemurnian, dan pengeringan.
2.
Alginat banyak digunakan dalam industri makanan,
farmasi, kosmetik dan Tekstil.
dapusnya?
BalasHapus