Powered By Blogger

Sabtu, 15 Desember 2012

SOSPER rawa saban



KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR
“Surya Bahari Rawa Saban Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang”
                                                                                                             

I.          Komunitas Masyarakat pesisir
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif.  Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Dan akhirnya banyak sekali komunitas masyarakat pesisir yang menyebar hampir disepanjang kelautan Indonesia.
Wilayah Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar.
Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri, 2004).
Masyarakat pesisir adalah struktur masyarakat masih sederhana dan belum banyakdimasuki oleh pihak lua. Hal ini dikarenakan oleh budaya, tatanan hidup, kegiatan masyarakat relative homogen, dan masing-masing individu mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.

Dari sisi skala usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir cenderung digolongkan pada kelompok miskin yang terdiri dari rumah tangga perikanan menangkap ikan tanpa menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor dan perahu bermotor tempel. Kemiskinan yang merupakan indicator ketertinggalan masyarakat pesisir ini disebabkan paling tidak oleh tiga hal utama: kemiskinan struktural, kemiskinan super-struktural, dan kemiskinan kultural.
Secara faktual ada dua faktor yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat nelayan, yaitu faktor alamiah dan non alamiah. Faktor alamiah disebabkan karena fluktuasi musim tangkap ikan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Sementara faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan ikan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran hasil tangkapan dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada. Selain itu, masalah teknologi konservasi atau pengolahan yang sangat tradisional, serta dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap (revolusi biru) yang telah berlangsung sejak tiga dasawarsa terakhir (Kusnadi, 1998).
Kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir sering timbul konflik-konflik yang digolongkan menjadi empat jenis konflik.
Pertama, konflik kelas, yaitu antarkelas sosial nelayan dalam memperebutkan wilayah penangkapan, seperti konflik nelayan skala besar di sekitar perairan pesisir yang sebenarnya diperuntukan bagi nelayan tradisional. Kedua, konflik orientasi yang terjadi antar nelayan yang memiliki perbedaan orientasi (jangka pendek dan panjang) dalam pemanfaatan sumber daya, seperti konflik horizontal antara nelayan yang menggunakan bom dengan nelayan lain yang alat tangkapnya ramah lingkungan. Ketiga, konflik agraria akibat perebutan fishing ground. Konflik ini dapat terjadi pada nelayan antarkelas maupun nelayan dalam kelas sosial yang sama. Bahkan dapat juga terjadi antara nelayan dengan pihak bukan nelayan, seperti konflik dengan para penambang pasir dan industri pariwisata. Keempat, konflik primordial, yang menyudutkan sistem pemerintahan otonomi dan desentralisasi kelautan. Konflik identitas tersebut tidak bersifat murni, melainkan tercampur dengan konflik kelas maupun konflik orientasi yang sebenarnya kerap terjadi sebelum diterapkannya otonomi daerah


Namun pada kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan masyarakat yang tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Keadaan itu menyebabkan mereka seolah terpinggirkan dan terisolasi dari ingar-bingar akselerasi pembangunan. Untuk itu perlu adanya perhatian dalam keberadaan dan eksistensi masyarakat pesisir.           
Salah satu komunitas masyarakat pesisir yang kami kunjungi adalah komunitas masyarakat pesisir didaerah Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang. Yang telah kami konservasi beberapa minggu lalu mengenai hal-hal yang berkaitan dalam kehidupan atau aktivitas keseharian mereka. Kami pun mendapat pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga karena bisa terjun langsung ketempat mereka. Dari konservasi yang telah kami lakukan adapun data-datanya yang kami peroleh dari salah seorang nelayan yang sedang melaut didaerah tersebut. Adalah sebagai berikut :
Nama                                       : Bapak Yadi.
Tempat/tanggal lahir               : Tangerang, 11 maret 1978 (32 tahun).
Alamat rumah                         : Tanjung kait Kec. mauk, Kab. Tangerang.
Pekerjaan                                 : Menjadi Nelayan semenjak masih bersekolah menengah pertama (SMP).
Pendapatan                             : Misalnya dari setiap ikan harga perkilonya Rp. 22.000 x 5 kilo ikan = 110.000 dari setiap jenis ikan dengan harga yang berbeda-beda.
Pendidikan                              : Sekolah menengah atas (SMA Paradigma mauk).
Status                                      : Sudah menikah mempunyai anak 1 perempuan usia 3 tahun.
Alamat tempat melaut             : Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang.

II.          Gambaran dalam konteks keseharian mereka.
a.         Aktivitas.
bidang perikanan seperti nelayan, membuat olahan ikan, meskipun tidak semua karena ada sebagian yang berprofesi sebagai Sebagai masyarakat pesisir tentunya kegiatan sehari-hari mereka adalah yang identik dengan guru, atau buruh.
Bahkan  masyarakat pesisir yang daerahnya dijadikan obyek wisata lebih banyak bisa mengembangkan usaha mereka seperti di kepulauan seribu yaitu pulau untung jawa, para ibu-ibu biasanya membuka warung makan, toko souvenir, penyewaan tikar, bahkan sebagian rumah penduduk dijadikan stayhome,ada juga penhyewaan kapal/perahu,  dan para pemuda didaerah tersebut membuka jasa penyewaan untuk snorkling, dll. Dan bapak-bapak di pulau untung jawa ini kebanyakan mencari ikan ke muara angke dan itu bisa sampai 2 minggu bahkan 1 bulan.
 Sedangkan Aktivitas keseharian didaerah sumber yang mereka lakukan biasanya adalah :
P   sebagai nelayan jaring adalah biasanya mereka mencari ikan dengan cara menebar/menaruh jaring sekitar pukul 16:00 wib setelah itu dibiarkan saja atau didiami supaya ikan-ikannya dapat masuk kedalam jaring yang telah dipasang oleh nelayan tersebut. Kemudian ditunggu sampai besok atau tepatnya pukul 05:00 wib jaring tersebut diangkat ikan-ikan hasil tangkap annya biasanya ikan Sembilan, pari,dan lain-lain. Setelah itu langsung dilelang ditempat pelelangan ikan yang lokasinya tidak jauh dari tempat mencari ikan. Sampai pukul 07:00 wib.
P   Sebagai nelayaan rajungan, sama halnya seperti nelayan jaring tapi untuk nelayan rajungan biasanya mereka sering kehilangan hasil yang mereka tangkap karena didahulukan orang, nelayan rajungan juga tidak bisa tiap hari beroperasi karena mereka sangat ditentukan oleh cuaca, itu juga salah satu penyebab rajungan agak langka, dan relative mahal.
P   Apabila cuaca sedang buruk nelayan biasanya hanya dirumah dan merajut jaring,
P   Sebagian nelayan juga ada yang memiliki pekerjaan  sampingan, yaitu apabila ada suatu proyek pembangunan didaerah tertentu,biasanya mereka lebih memilih menjadi buruh sementara.
                                                                                                                      
b.        Adat istiadat.
Biasanya setiap masyarakat memiliki adat dan istiadat tertentu yang unik, apabila didaerah  surya bahari, rawa saba ini mereka masih memiliki adat yang tetap mereka laksanakan setiap tahunnya yaitu :
P   adat istiadat atau kebiasaan mereka dalam melakukan aktivitas kesehariaan yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Adat istiadat yang mereka lakukan biasanya dalam setahun sekali tepatnya sebelum bulan ramadhan. Mereka mengadakan upacara atau ritual yang dihadiri oleh seluruh masyarakat setempat mereka biasa menyebut acara tersebut dengan istilah ngeruwet laut (pesta nelayan) sajian yang disediakan yaitu berupa kepala sapi atau kerbau yang kemudian dihanyutkan kelaut. Dan daging dari hewan sapi atau kerbau tersebut sebelumya dimasak oleh ibu-ibu setempat dan disajikan kepada masyarakat setempat untuk dimakan.
Adat istiadat tersebut dilakukan sudah lama tepatnya sejak nenek moyang mereka yang menempati daerah tersebut dan sampai sekarang masih dilakukan dengan tujuan sebagai ucapan rasa terima kasih kepada laut yang telah menjadikan tempat sebagai mata pencahariaan mereka
P   sedangkan didaerah tanjung kait, yaitu sumber kami, dia mengatakan sudah tidak ada tradisi seperti itu, apabila hasil tangkapan meningkat atau sedang melimpah mereka tidak pernah mengadakan acara seperti makan-makan bersama.
P   Sedangkan masyarakat pesisir dipulau untung jawa sama halnya seperti ditanjung kait, mereka sudah tidak ada tradisi seperti tersebut, mereka melakukan hajat besar apabila ada orang pemerintahan seperti gubernur yang berkunjung
                                                                                                                
c.         Sistem norma.
Sama seperti masyarakat umum lainnya. Tidak ada aturan-aturan khusus yang diberlakukan dalam keseharian komunitas masyarakat pesisir. Mereka sangat menghargai yang namanya kesopanan dan tata karma.
                                      
d.        Interaksi dan perubahan  sosial.
I   Antar Nelayan
Meskipun sering terjadi pengambilan hasil tangkapan, tapi hubungan antar   nelayan tetap terjalin akrab, bahkan mereka sering berbagi pengalaman misalnya antara nelayan tanjung kait dengan nelayan muara angke
I   Antar warga setempat
Karena memiliki pekerjaan yang sejenis, hubungan persaudaraan mereka sangat terjalin kuat


I   Antar Masyarakat lain
Masyarakat pesisir daerah tsb sangat terbuka sekali, mereka juga sangat ramah, mereka juga mau berbagi ilmu yang mereka  dapatkan di alam terbuka, meskipun masyarakat pesisir terkenal tegas,dan keras tapi mereka juga ramah dan sangat humoris
  Perubahan sosial:
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula kehidupan di masyarakat pesisir banyak perubahan yang terjadi, seperti tradisi-tradisi dahulu yang sering mereka lakukan sekarang perlahan-lahan telah berubah dan bahkan tidak ada,
Pengaruh agamapun turut andil dalam, perubahan masyarakat pesisir.
Perkembangan zaman juga mempengaruhi pandangan masyarakat pesisir terhdap pendidikan, meskipun kita sering melihat banyak nelayan muda, tapi sebenarnya itu semua bukan yang mereka inginkan, lagi-lagi faktor uang menjadi penentu nasib mereka, sumber kami pun mengatakan sangat iri sekali melihat orang-orang yang berpendidikan tinggi, dia mengakui sangat ingin melanjutkan pendidikannya tapi terbentur biaya,
Dan orang-orang yang berada di pulau untung jawa pun sampai rela berpisah dengan keluarga mereka demi menuntut ilmu, karena di pulau untung jawa  masih belum ada sekolah menengah umum,
Tapi ada juga yang tidak bisa berubah yaitu pengetaahuan tentang laut, perahu, menangkap ikan, dan memprediksi cuaca yang dimiliki oleh mereka, menurut sumber kami , mereka bisa karena biasa, biasanya apabila seorang nelayan pergi melaut ke daerah yang dekat mereka terkadang membawa anak mereka,sehingga anak merekapun sering melihat dan akhirnya mengerti, hingga itu menjadi suatu ilmu gratis yang diturunkan sianak kepada bapaknya dan sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka.






III.          Patron-klien
Patron klien adalah pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai dikalangan nelayan juga petani tambak atau  pola hubungan ini bersifat karena adanya faktor keadaan  mereka yang terhimpit mengenai kendala hal-hal dalam melakukan usahanya tersebut.
Hampir di setiap wilayah pesisir di Indonesia dijumpai adanya patron klien atau yang biasanya disebut tengkulak. Tengkulak  mengambil beberapa fungsi pengembangan di sektor perikanan dan kelautan secara informal.   Fungsi-fungsi pengembangan sektor perikanan dan kelautan yang dimasuki oleh tengkulak tidak saja hanya pada fungsi finansial, tetapi banyak fungsi lainnya yang telah diambilnya, yakni :
1.    Fungsi Produksi:
Pada fungsi produksi ini tengkulak mengambil peran sebagai penyedia faktor/ sarana produksi penangkapan ikan, seperti : menyediakan biaya-biaya bekal operasi penangkapan ikan, penyedia alat tangkap ikan dan bahkan penyedia mesin motor tempel serta kapal penangkap ikan.
2.  Fungsi Pemasaran :
    Ikan hasil tangkapan nelayan, pada lokasi-lokasi dimana tidak terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) umumnya dibeli oleh tengkulak yang kemudian oleh tengkulak disalurkan ke perusahaan-perusahaan exportir atau disalurkan ke pasar-pasar lokal.
3.  Fungsi Finansial :
    Segala kebutuhan berupa finansial untuk terlaksananya kegiatan usaha pe-nangkapan ikan senantiasa disediakan oleh tengkulak .   Nelayan hampir dapat dikatakan bergantung pada tengkulak.   Para tengkulak memberikan bantuan finansial tanpa syarat-syarat tertentu tidak seperti pada lembaga-lembaga keuangan (bank).
4.  Fungsi Sosial :
Dikala terjadi musim paceklik, nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan sama sekali.   Oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka banyak mengandalkan pada bantuan tengkulak.   Bahkan untuk kepentingan biaya sekolah putera-puteri nelayan, kadang-kadang mereka juga memohon bantuan pada tengkulak.

 Menurut sumber kami di daerah ini hubungan patron-klien sangat banyak,atau istilah lainnya para tengkulak yang sangat berperan aktif atau mereka sering menyebutnya dengan”bos”  hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap para nelayan,
Sumber kamipun mengeluh tentang hal ini meskipun patron sangat membantu tapi mereka juga merugikan.
Co: nelayan menjual hasil tangkapanya kepada sipatron, si nelayan tersebut tahu bahwa hasil tangkapannya ada 1 ton misalnya, tapi sipatron mengatakan hanya ada  90 kg,
Menurut sumber kami para nelayan sebenarnyaa mengetahui aakan hal ini tapi mereka membiarkannya, selain mereka sudah terbiasa karena merekapun selalu meminta bantuan pada para patron, karena kurangnya kepedulian pemerintah mereka

IV.          Dokumentasi komunitas masyarakat pesisir di Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang
a.    Keluhan-keluhan masyarakat pesisir
Menurut sumber kami    :
1.    Pada masa fredy numberi masyarakat pesisisir disini masih diperhatikan.
2.    Sering mengalami abrasi pantai
3.    Alat tangkap yang kurang memadai
4.    Lokasi penangkapan ikan yang sudah dikuasai oleh jaring-jaring arat (jaring samping kanan kiri yang ada besinya dan juga ditarik oleh tambang)
5.    Tidak adanya penyuluhuan
6.    Nelayan rajungan:hama dari jarring-jaring arat

b.    Gambar keseharian komunitas pesisir







 
                                                                                     

















c.    Gambar sosialisasi kepada masyarakat pesisir diSurya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang
                                                                        
    








                     

                                                                                                                     










d. Gambar lingkungan masyarakat pesisir diSurya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang














 































































 











































                                                                                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar