KOMUNITAS
MASYARAKAT PESISIR
“Surya
Bahari Rawa Saban
Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang”
I.
Komunitas
Masyarakat pesisir
Sudah menjadi suatu
mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki
kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya,
walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih
mendalam dan komprehensif. Terlepas dari
mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya
adalah laut. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia yang bermata
pencaharian sebagai nelayan. Dan akhirnya banyak sekali komunitas masyarakat
pesisir yang menyebar hampir disepanjang kelautan Indonesia.
Wilayah Perairan
pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat
pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air
laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah
paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di
darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar.
Definisi wilayah
seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir
merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di
darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar
wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan
manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung
berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri, 2004).
Masyarakat pesisir
adalah struktur masyarakat masih sederhana dan belum banyakdimasuki oleh pihak
lua. Hal ini dikarenakan oleh budaya, tatanan hidup, kegiatan masyarakat
relative homogen, dan masing-masing individu mempunyai kepentingan yang sama
dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati
bersama.
Dari sisi skala usaha
perikanan, kelompok masyarakat pesisir cenderung digolongkan pada kelompok
miskin yang terdiri dari rumah tangga perikanan menangkap ikan tanpa
menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor dan perahu bermotor tempel.
Kemiskinan yang merupakan indicator ketertinggalan masyarakat pesisir ini
disebabkan paling tidak oleh tiga hal utama: kemiskinan struktural, kemiskinan
super-struktural, dan kemiskinan kultural.
Secara faktual ada dua faktor yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat nelayan, yaitu faktor alamiah dan non alamiah. Faktor alamiah disebabkan karena fluktuasi musim tangkap ikan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Sementara faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan ikan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran hasil tangkapan dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada. Selain itu, masalah teknologi konservasi atau pengolahan yang sangat tradisional, serta dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap (revolusi biru) yang telah berlangsung sejak tiga dasawarsa terakhir (Kusnadi, 1998).
Kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir sering timbul konflik-konflik yang digolongkan menjadi empat jenis konflik.
Secara faktual ada dua faktor yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat nelayan, yaitu faktor alamiah dan non alamiah. Faktor alamiah disebabkan karena fluktuasi musim tangkap ikan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Sementara faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan ikan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran hasil tangkapan dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada. Selain itu, masalah teknologi konservasi atau pengolahan yang sangat tradisional, serta dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap (revolusi biru) yang telah berlangsung sejak tiga dasawarsa terakhir (Kusnadi, 1998).
Kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir sering timbul konflik-konflik yang digolongkan menjadi empat jenis konflik.
Pertama, konflik
kelas, yaitu antarkelas sosial nelayan dalam memperebutkan wilayah penangkapan,
seperti konflik nelayan skala besar di sekitar perairan pesisir yang sebenarnya
diperuntukan bagi nelayan tradisional. Kedua, konflik orientasi yang terjadi
antar nelayan yang memiliki perbedaan orientasi (jangka pendek dan panjang)
dalam pemanfaatan sumber daya, seperti konflik horizontal antara nelayan yang
menggunakan bom dengan nelayan lain yang alat tangkapnya ramah lingkungan.
Ketiga, konflik agraria akibat perebutan fishing ground. Konflik ini dapat
terjadi pada nelayan antarkelas maupun nelayan dalam kelas sosial yang sama.
Bahkan dapat juga terjadi antara nelayan dengan pihak bukan nelayan, seperti
konflik dengan para penambang pasir dan industri pariwisata. Keempat, konflik
primordial, yang menyudutkan sistem pemerintahan otonomi dan desentralisasi
kelautan. Konflik identitas tersebut tidak bersifat murni, melainkan tercampur
dengan konflik kelas maupun konflik orientasi yang sebenarnya kerap terjadi
sebelum diterapkannya otonomi daerah
Namun pada kenyataannya hingga
saat ini sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan masyarakat yang
tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Keadaan itu
menyebabkan mereka seolah terpinggirkan dan terisolasi dari ingar-bingar
akselerasi pembangunan. Untuk itu perlu
adanya perhatian dalam keberadaan dan eksistensi masyarakat pesisir.
Salah satu
komunitas masyarakat pesisir yang kami kunjungi adalah komunitas masyarakat
pesisir didaerah Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang. Yang
telah kami konservasi beberapa minggu lalu mengenai hal-hal yang berkaitan
dalam kehidupan atau aktivitas keseharian mereka. Kami pun mendapat pelajaran dan
pengalaman yang sangat berharga karena bisa terjun langsung ketempat mereka. Dari
konservasi yang telah kami lakukan adapun data-datanya yang kami peroleh dari salah
seorang nelayan yang sedang melaut didaerah tersebut. Adalah sebagai berikut :
Nama : Bapak Yadi.
Tempat/tanggal lahir :
Tangerang, 11 maret 1978 (32 tahun).
Alamat rumah :
Tanjung kait Kec. mauk, Kab. Tangerang.
Pekerjaan : Menjadi
Nelayan semenjak masih bersekolah menengah pertama (SMP).
Pendapatan
: Misalnya
dari setiap ikan harga perkilonya Rp. 22.000 x 5 kilo ikan = 110.000 dari
setiap jenis ikan dengan harga yang berbeda-beda.
Pendidikan :
Sekolah menengah atas (SMA Paradigma mauk).
Status :
Sudah menikah mempunyai anak 1 perempuan usia 3 tahun.
Alamat tempat melaut :
Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang.
II.
Gambaran
dalam konteks keseharian mereka.
a.
Aktivitas.
bidang perikanan seperti nelayan, membuat olahan
ikan, meskipun tidak semua karena ada sebagian yang berprofesi sebagai Sebagai
masyarakat pesisir tentunya kegiatan sehari-hari mereka adalah yang identik
dengan guru, atau buruh.
Bahkan
masyarakat pesisir yang daerahnya dijadikan obyek wisata lebih banyak
bisa mengembangkan usaha mereka seperti di kepulauan seribu yaitu pulau untung
jawa, para ibu-ibu biasanya membuka warung makan, toko souvenir, penyewaan
tikar, bahkan sebagian rumah penduduk dijadikan stayhome,ada juga penhyewaan
kapal/perahu, dan para pemuda didaerah
tersebut membuka jasa penyewaan untuk snorkling, dll. Dan bapak-bapak di pulau
untung jawa ini kebanyakan mencari ikan ke muara angke dan itu bisa sampai 2
minggu bahkan 1 bulan.
Sedangkan Aktivitas keseharian didaerah sumber
yang mereka lakukan biasanya adalah :
P sebagai nelayan jaring
adalah biasanya mereka mencari ikan dengan cara menebar/menaruh jaring sekitar
pukul 16:00 wib setelah itu dibiarkan saja atau didiami supaya ikan-ikannya
dapat masuk kedalam jaring yang telah dipasang oleh nelayan tersebut. Kemudian
ditunggu sampai besok atau tepatnya pukul 05:00 wib jaring tersebut diangkat
ikan-ikan hasil tangkap annya biasanya ikan Sembilan, pari,dan lain-lain.
Setelah itu langsung dilelang ditempat pelelangan ikan yang lokasinya tidak
jauh dari tempat mencari ikan. Sampai pukul 07:00 wib.
P Sebagai nelayaan
rajungan, sama halnya seperti nelayan jaring tapi untuk nelayan rajungan
biasanya mereka sering kehilangan hasil yang mereka tangkap karena didahulukan
orang, nelayan rajungan juga tidak bisa tiap hari beroperasi karena mereka
sangat ditentukan oleh cuaca, itu juga salah satu penyebab rajungan agak
langka, dan relative mahal.
P Apabila cuaca sedang buruk
nelayan biasanya hanya dirumah dan merajut jaring,
P Sebagian nelayan juga
ada yang memiliki pekerjaan sampingan,
yaitu apabila ada suatu proyek pembangunan didaerah tertentu,biasanya mereka
lebih memilih menjadi buruh sementara.
b.
Adat
istiadat.
Biasanya setiap masyarakat memiliki adat dan
istiadat tertentu yang unik, apabila didaerah
surya bahari, rawa saba ini mereka masih memiliki adat yang tetap mereka
laksanakan setiap tahunnya yaitu :
P adat istiadat atau
kebiasaan mereka dalam melakukan aktivitas kesehariaan yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai nelayan. Adat istiadat yang mereka lakukan biasanya
dalam setahun sekali tepatnya sebelum bulan ramadhan. Mereka mengadakan upacara
atau ritual yang dihadiri oleh seluruh masyarakat setempat mereka biasa menyebut
acara tersebut dengan istilah ngeruwet laut (pesta nelayan) sajian yang
disediakan yaitu berupa kepala sapi atau kerbau yang kemudian dihanyutkan
kelaut. Dan daging dari hewan sapi atau kerbau tersebut sebelumya dimasak oleh
ibu-ibu setempat dan disajikan kepada masyarakat setempat untuk dimakan.
Adat istiadat tersebut dilakukan sudah lama tepatnya
sejak nenek moyang mereka yang menempati daerah tersebut dan sampai sekarang
masih dilakukan dengan tujuan sebagai ucapan rasa terima kasih kepada laut yang
telah menjadikan tempat sebagai mata pencahariaan mereka
P sedangkan didaerah
tanjung kait, yaitu sumber kami, dia mengatakan sudah tidak ada tradisi seperti
itu, apabila hasil tangkapan meningkat atau sedang melimpah mereka tidak pernah
mengadakan acara seperti makan-makan bersama.
P Sedangkan masyarakat
pesisir dipulau untung jawa sama halnya seperti ditanjung kait, mereka sudah
tidak ada tradisi seperti tersebut, mereka melakukan hajat besar apabila ada
orang pemerintahan seperti gubernur yang berkunjung
c.
Sistem
norma.
Sama seperti masyarakat umum lainnya. Tidak ada
aturan-aturan khusus yang diberlakukan dalam keseharian komunitas masyarakat
pesisir. Mereka sangat menghargai yang namanya kesopanan dan tata karma.
d.
Interaksi
dan perubahan sosial.
I Antar Nelayan
Meskipun sering terjadi pengambilan hasil tangkapan,
tapi hubungan antar nelayan tetap
terjalin akrab, bahkan mereka sering berbagi pengalaman misalnya antara nelayan
tanjung kait dengan nelayan muara angke
I Antar warga setempat
Karena memiliki pekerjaan yang sejenis, hubungan
persaudaraan mereka sangat terjalin kuat
I Antar Masyarakat lain
Masyarakat pesisir daerah tsb sangat terbuka sekali,
mereka juga sangat ramah, mereka juga mau berbagi ilmu yang mereka dapatkan di alam terbuka, meskipun masyarakat
pesisir terkenal tegas,dan keras tapi mereka juga ramah dan sangat humoris
Perubahan sosial:
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula
kehidupan di masyarakat pesisir banyak perubahan yang terjadi, seperti
tradisi-tradisi dahulu yang sering mereka lakukan sekarang perlahan-lahan telah
berubah dan bahkan tidak ada,
Pengaruh agamapun
turut andil dalam, perubahan masyarakat pesisir.
Perkembangan zaman
juga mempengaruhi pandangan masyarakat pesisir terhdap pendidikan, meskipun
kita sering melihat banyak nelayan muda, tapi sebenarnya itu semua bukan yang
mereka inginkan, lagi-lagi faktor uang menjadi penentu nasib mereka, sumber
kami pun mengatakan sangat iri sekali melihat orang-orang yang berpendidikan
tinggi, dia mengakui sangat ingin melanjutkan pendidikannya tapi terbentur
biaya,
Dan orang-orang yang
berada di pulau untung jawa pun sampai rela berpisah dengan keluarga mereka
demi menuntut ilmu, karena di pulau untung jawa
masih belum ada sekolah menengah umum,
Tapi ada juga yang tidak
bisa berubah yaitu pengetaahuan tentang laut, perahu, menangkap ikan, dan
memprediksi cuaca yang dimiliki oleh mereka, menurut sumber kami , mereka bisa
karena biasa, biasanya apabila seorang nelayan pergi melaut ke daerah yang
dekat mereka terkadang membawa anak mereka,sehingga anak merekapun sering
melihat dan akhirnya mengerti, hingga itu menjadi suatu ilmu gratis yang
diturunkan sianak kepada bapaknya dan sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka.
III.
Patron-klien
Patron klien adalah pola hubungan
tertentu yang sangat umum dijumpai dikalangan nelayan juga petani tambak atau pola hubungan ini bersifat karena adanya
faktor keadaan mereka yang terhimpit
mengenai kendala hal-hal dalam melakukan usahanya tersebut.
Hampir di setiap wilayah pesisir di Indonesia dijumpai adanya patron
klien atau yang biasanya disebut tengkulak. Tengkulak mengambil beberapa fungsi pengembangan di
sektor perikanan dan kelautan secara informal. Fungsi-fungsi
pengembangan sektor perikanan dan kelautan yang dimasuki oleh tengkulak tidak
saja hanya pada fungsi finansial, tetapi banyak fungsi lainnya yang telah
diambilnya, yakni :
1. Fungsi Produksi:
Pada fungsi produksi ini tengkulak
mengambil peran sebagai penyedia faktor/ sarana produksi penangkapan ikan,
seperti : menyediakan biaya-biaya bekal operasi penangkapan ikan, penyedia alat
tangkap ikan dan bahkan penyedia mesin motor tempel serta kapal penangkap ikan.
2. Fungsi Pemasaran :
Ikan hasil tangkapan nelayan,
pada lokasi-lokasi dimana tidak terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) umumnya
dibeli oleh tengkulak yang kemudian oleh tengkulak disalurkan ke
perusahaan-perusahaan exportir atau disalurkan ke pasar-pasar lokal.
3. Fungsi Finansial :
Segala kebutuhan berupa finansial untuk terlaksananya
kegiatan usaha pe-nangkapan ikan senantiasa disediakan oleh tengkulak
. Nelayan hampir dapat
dikatakan bergantung pada tengkulak. Para tengkulak memberikan
bantuan finansial tanpa syarat-syarat tertentu tidak seperti pada
lembaga-lembaga keuangan (bank).
4. Fungsi
Sosial :
Dikala terjadi musim paceklik,
nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan sama sekali. Oleh
karenanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka banyak mengandalkan
pada bantuan tengkulak. Bahkan untuk kepentingan biaya sekolah
putera-puteri nelayan, kadang-kadang mereka juga memohon bantuan pada
tengkulak.
Menurut sumber kami di daerah ini hubungan patron-klien sangat
banyak,atau istilah lainnya para tengkulak yang sangat berperan aktif atau
mereka sering menyebutnya dengan”bos”
hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap para
nelayan,
Sumber kamipun mengeluh tentang hal ini
meskipun patron sangat membantu tapi mereka juga merugikan.
Co:
nelayan menjual hasil tangkapanya kepada sipatron, si nelayan tersebut tahu
bahwa hasil tangkapannya ada 1 ton misalnya, tapi sipatron mengatakan hanya
ada 90 kg,
Menurut
sumber kami para nelayan sebenarnyaa mengetahui aakan hal ini tapi mereka
membiarkannya, selain mereka sudah terbiasa karena merekapun selalu meminta
bantuan pada para patron, karena kurangnya kepedulian pemerintah mereka
IV.
Dokumentasi
komunitas masyarakat pesisir di Surya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab.
Tangerang
a.
Keluhan-keluhan
masyarakat pesisir
Menurut sumber kami :
1.
Pada
masa fredy numberi masyarakat pesisisir disini masih diperhatikan.
2.
Sering
mengalami abrasi pantai
3.
Alat
tangkap yang kurang memadai
4.
Lokasi
penangkapan ikan yang sudah dikuasai oleh jaring-jaring arat (jaring samping
kanan kiri yang ada besinya dan juga ditarik oleh tambang)
5.
Tidak
adanya penyuluhuan
6.
Nelayan
rajungan:hama dari jarring-jaring arat
b.
Gambar
keseharian komunitas pesisir
c.
Gambar
sosialisasi kepada masyarakat pesisir diSurya Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji,
Kab. Tangerang
d. Gambar
lingkungan masyarakat pesisir diSurya
Bahari Rawa Sabau Kec. Pakuaji, Kab. Tangerang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar